BANDAR LAMPUNG ---- Internet of Things (IoT) mulai ramai dibicarakan di Indonesia sejak awal 2015. Menurut pakar IT Institut Informatika dan Bisnis (IIB) Darmajaya Dr. Onno W Purbo, komunitas IoT lumayan berkembang di Indonesia.
Sehingga, kurikulum pendidikan di Indonesia perlu diubah dan sebisa mungkin menghasilkan SDM teknik yang banyak untuk industri. Sekarang ini SDM teknik cuma sembilan persen dari total seluruh mahasiswa di Indonesia.
Hal itu dikatakan Onno, saat diskusi Teknologi Terkini dalam Pendidikan Millenial, yang diselenggarakan Southeast Asian Minsiters of Education Regional Open Learning Centre (SEAMEROLEC) di SEAMEO SEAMEROLEC Komplek Universitas Terbuka, Pondok Cabe Pamulang, Tangerang Selatan Banten, beberapa waktu lalu.
Menurut Onno, agar LoT bisa berhasil di Indonesia, pemerintah harus memperbanyak SDM yang suka ngoprek. “Perbaiki kurikulum jangan cuma teori saja, perbaiki ekosistem supaya tukang ngoprek hidup, dukung industri manufaktur—jangan cuma jadi sales pabrikan luar negeri saja,” kata dia.
Menurut dia, fenomena Go-Jek dan GrabBike cukup menjadi sesuatu yang cukup besar dan berpengaruh di Indonesia. Dari pengamatan dosen tetap IIB Darmajaya itu, faktor yang membuat hal itu begitu massif adalah karena bermanfaat untuk orang banyak dan menggunakan media yang dipakai oleh orang banyak.
Onno menjelaskan cara sederhana loT adalah pembuatan dan penggunaannya melalui alat-alat yang cukup sederhana. Onno sendiri dalam membawakan seminar ini lebih banyak mempraktekan perangkat IoT dibanding memaparkan konsep dan teori.
Untuk mendukung kejelasan konsep dan teori, Onno memberikan kebebasan peserta yang hadir untuk mengakses materi terkait IoT bahkan materi lainnya seputar teknologi dengan mudah. Cukup hanya dengan membuat account di Cyberlearning.web.id dan membaca moodle yang tersedia.
“LoT sendiri adalah peralatan microcontroller/embedded yang tersambung ke berbagai sensor yang memiliki sambungan jaringan internet ke sebuah server yang akan mengumpulkan data-data dari sensor,” jelas Onno.
Sementara, dalam diskusi tersebut, Deputi Direktur Administrasi SERMOLEC Yoni Utama mengatakan, perkembangan teknologi yang pesat dapat meningkatkan produktivitas, efesiensi, serta memberikan cara baru dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut dia, Gartners dalam penelitiannya tentang Hype Cicle of Emerging  Technologies 2017 menyebutkan tiga megatren yang akan mencapai puncak dalam 2-10 tahun ke depan. Tren tersebut adalah Articifial Intelegence (AI), Transparently Immersive (TI), dan Digital Flatforms (DF).
Dia juga mengatakan berbagai pekerjaan baru di masa depan akan memanfaatkan teknologi tersebut. “Dalam rangka mempersiapkan generasi muda untuk siap dengan teknologi masa depan, pendidik perlu memahami konsep dan dampk dari perkembangan teknologi ini,” kata dia. (**)

Post A Comment: