Bandarlampung (Pikiran Lampung)-Sudah 22 tahun Sunwanah  mengabdi mencerdaskan anak-anak di lingkunganya. Sudah terbiasa berbulan bulan tidak digaji. Hanya rasa cintanya yang besar terhadap anak didiknya yang membuatnya tetap teguh dengan pilihan hidupnya.  Acap kali ISunwanah harus memutar otak untuk melunasi tunggakan biaya sekolah anaknya.

Keikhlasan dan rasa syukurnya bisa berbagi ilmu membuat Ia terus berada di MI Mathla’ul Anwar Kelurahan Sinar Laut Kecamatan Teluk Betung Timur dengan gaji yang minim. Untuk menghidupi ketiga anaknya, Ia tak bisa mengandalkan penghasilan suaminya yang hanya bekerja buruh serabutan.

Saat ditemui relawan Sahabat Guru Indonesia (SGI) ACT Lampung Senin (2/12),  Sunwanah tak henti mengucurkan air mata. Ia sesenggukan sambil menceritakan kehidupan yang pas-pasan. Sujud syukur saat menerima bantuan bea guru untuk menambah biaya untuk kehidupan keluarganya.

“Anak-anak sudah tiga bulan belum bayar SPP, gaji yang saya terima hanya cukup untuk bayar listrik dan makan. Kalau gaji bapaknya untuk uang saku anak dan ongkos angkot,” ucapnya.

Perasaan yang sama juga dirasakan Ibu Ani Suningsih. Sudah 19 tahun mengajar di MI Masriqul Anwar Kelurahan Panjang Utara Kecamatan Panjang. Dengan penghasilan hanya 400rb perbulan, Ia tetap semangat menyebarkan ilmu yang dipunya. Dengan bantuan bea guru yang disalurkan relawan SGI, Ia berharap guru lain juga merasakan kesempatan yang sama.

“Ini sudah panggilan jiwa mas, jadi nggak masalah dapat honor minim, tapi saya kasihan sama anak-anak dirumah kadang untuk jajan saja harus hitung-hitung dulu, alhamdulillah bantuan bea guru ini bisa untuk beli beras dan lauk pauk,” ucapnya haru.

Kepala Program ACT Lampung Arief Rakhman juga turut haru saat ikut menyalurkan bantuan bea guru dari program Sahabat Guru Indonesia (SGI). Menurutnya bantuan bea guru tersebut didasari oleh realita banyak guru honor, guru ngaji dan guru tahfidz yang masih mendapatkan penghasilan minim. Untuk sekedar mencukupi kebutuhan hidup keluarganya saja tidak cukup, belum lagi mereka harus mengeluarkan biaya operasional menuju lokasi tempat mengajar.
Lanjutnya program SGI diharapkan mampu menggerakan masyarakat untuk berbagi dan peduli atas minimnya penghasilan guru-guru tersebut. Dengan tercukupinya kebutuhan keluarga diharapkan guru akan lebih fokus untuk mencerdaskan anak-anak dilingkunganya.

“Sahabat Guru Indonesia (SGI) menjadi pemantik untuk lebih peduli terhadap kehidupan guru-guru yang berpenghasilan minim, untuk itu diharapkan peran serta semua dermawan di seluruh Provinsi Lampung,” tutupnya.(wan)

Post A Comment: