Foto ilustrasi.ist

Lampura (Pikiran Lampung)-
 D
alam diri orang Lampung, terdapat sikap atau prinsip hidup yang sangat kuat, atau yang biasa disebut piil pesenggiri. Dimungkinkan dengan sikap inilah, seorang remaja di Lampung Utara (Lampura) nekat melakukan 'harakiri' ( Bunuh diri karena malu). 

Remaja malang itu bernama Antoni, warga Desa Gunung Labuhan, Kecamatan Sungkai Selatan, Kabupaten Lampung Utara. Almarhum diduga nekat melakukan bunuh diri karena tak kuat menanggung malu. Karena apa yang dituduhkan kepadanya tidak sesuai dengan kenyataan.

Kisah tragis ini bermula dari  dihebohkannya warga setempat dengan adanya penemuan sesosok mayat remaja pada 9 Desember 2020 lalu. Yang tergantung di bekas kandang kambing belakang rumah pelaku. 

Ibu dan kakak korban saat memberikan keterangan kepada awak median foto ist

Korban atau pelaku bunuh diri diketahui oleh  ibunya, Rojenah (56) yang berstatus seorang janda. Kejadian ini tak pelak membuat heboh warga setempat. Banyak yang tidak menyangka jika remaja Yang dikenal memiliki sifat sangat ramah, periang dan mudah bergaul di lingkungannya ini mengakhiri hidupnya dengan cara tragis.

Agus Gunawan, kakak kandung korban serta keluarga sangat terpukul atas kejadian ini. Dan tidak pernah menduga jika adiknya mengakhiri hidupnya dengan cara seperti itu. Meski Dirinya saat kejadian sedang tidak ada di rumah, karena memang menetap di kota Metro sangat menyayangkan kejadian ini.

Dijelaskannya, sebelum kejadian ini adiknya diterpa masalah. Yakni, dugaan pencurian  karet milik seseorang yang masih satu desa bernama Tarmizi. Yang menduga adiknya telah melakukan pencurian karet di kebun Tarmizi. 

" Siang itu rekan adik saya menjual karet di daerah ketapang, saat menjual karet hasil curian itu, ada salah satu orang yang melihat mereka menjual karet tersebut dilapak Karet milik Yuda," jelas Agus belum lama ini.

Rekan korban. Foto ist

Kemudian, lanjutnya, warga yang melihat hal tersebut melaporkan hal ini kepada salah satu keluarganya Tarmizi, yang malamnya telah mengalami pencurian karet di kebun miliknya. 

Mendengar keterangan tersebut Tarmizi pun lalu memanggil Antoni dan Kurnia guna mengintrogasi Keduanya di kediaman Tarmizi.

Dalam keterangan keduanya meski kedua remaja ini telah mengakui jika mereka telah melakukan pencurian karet tetapi mereka bukan mencuri di kebun Tarmizi melainkan di kebun orang lain yang diketahui bernama Tuwil.

Berdasarkan pengakuan merek barang yang dicuri Berupa Karet dengan berat 32 kilogram dijual dengan harga Rp.309.000  Setelah Tarmizi puas menggali informasi lalu dirinya membawa dua remaja ini menuju kediaman Kepala desa setempat Heri Putra.

Di saat itu, Tarmizi memerintahkan salah satu anaknya untuk menyusul Rojenah ibu Antoni agar mengetahui persoalan pencurian tersebut.

Saat itu ibu Atoni sempat mampir ke kediaman Tarmizi yang ternyata anaknya (Antoni) telah dibawa ke rumah kepala desa, sehingga sang ibu yang diantarkan anak Tarmizi menuju kerumah Kades.

Sesampainya di rumah kepala desa Gunung Labuhan sang ibu melihat telah banyak berkumpul sejumlah orang  dalam suasana lampu yang padam dan rasa bingung sang ibu tidak mengetahui secara jelas siapa saja yang ada di lokasi (rumah Kades).

Hanya yang diingatnya saat itu ada Heri Putra (Kades), Tarmizi, Tuwil, Kurnia serta ayahnya, Antoni dan dirinya

Saat mengalami interogasi dua remaja ini tetap tidak mengakui jika mereka mencuri di kebun milik Tarmizi melainkan mencuri di kebun milik Kiwil, dengan barang Curian Karet seberat 32 Kg dijual di lapak seseorang yang diketahui bernama Yuda di daerah Ketapang.

Sementara Tuwil selaku pemilik kebun yang menjadi sasaran pencurian ini baru mengetahui Jika Dirinya kehilangan karet dari pengakuan pelaku.

Dalam perundingan tersebut memiliki kesepakatan adanya perdamaian dengan perjanjian pelaku melakukan denda ganti rugi sebesar Rp.800.000. dan berdasarkan keterangan denda ini atas keinginan Tuwil dan Tarmizi.

Sekitar pukul 12 malam dengan berboncengan tiga korban diantarkan orang Tua Kurnia dan kurnia menuju kediamannya.

"Jam 12 ibu saya masih melihat adik saya di depan teras rumah, dan ibu saya mengetahui adik saya mengakhiri hidupnya dengan cara seperti itu ke esokan pagi harinya," ungkap Agus Gunawan.

Suhardison kerabat korban lainya juga menyesalkan hal ini." Ada beberapa hal yang menjadi kekecewaan saya dan pihak keluarga besar atas kejadian ini. Sebab, saat terjadinya mediasi di kediaman kepala desa dengan pihak pemilik kebun atau pun pamong desa hanya memanggil ibunya," kata dia.  Yang notabene, lanjutnya, buta huruf dan penakut.

"Tidak ada satupun keluarga saya yang di informasikan, sehingga ibu dan adik kami tidak ada yg mendampingi. kami keluarga besar tahu adik kami ini melakukan tindak pencurian setelah kami mendapat kabar adik kami melakukan aksi nekat ini," jelasnya. 

Meskipun adiknya pelaku pencurian, kata Suhar,   tetapi ada beberapa hal keganjilan menjadi pertanyaan mereka."Hal ini memunculkan dugaan lain, jika adik kami telah mengalami kekerasan fisik dan kekerasan metal, sampai terjadi kejadian ini. Sehingga Kami meminta kepada aparatur hukum untuk melakukan penyelidikan dengan seadil-adilnya,"pungkasnya.

Post A Comment: