Jakarta (Pikiran Lampung)- Setelah menganalisa dan melihat perkembangan serta dinamika yang terjadi di lapangan, Kabasarnas Marsekal Madya TNI (Purn) Bagus Puruhito akhirnya memperpanjang operasi SAR jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 selama 3 hari. 

"Operasi SAR jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 kami perpanjang lagi selama tiga hari," tegas Kabasarnas saat konferensi pers di Posko Terpadu Jakarta International Container Terminal (JICT) 2, Tanjung Priok, Senin (18/1/2021) pukul 16.30 WIB. 

Ini merupakan perpanjangan yang kedua. Keputusan tersebut diambil setelah Kabasarnas melaksanakan rapat dengan stakeholder, baik dari unsur TNI, Polri, Kementerian Perhubungan, KNKT, DVI, Bakamla, KPLP, dan Potensi SAR lainnya. 

"Fokus kami adalah menemukan human remain, semakin banyak maka akan mempermudah tim DVI dalam mengidentifikasikan korban," lanjutnya.

Kabasarnas juga menyampaikan hasil operasi SAR obyek pencarian keseluruhan pada hari ke-10 hingga sore ini. Terperinci 310 human remains, 60 serpihan pesawat, dan 55 potongan material besar pesawat. 

Terkait rencana operasi SAR hari ke-11, Selasa (19/1/2021), Basarnas masih tetap melaksanakan proses pencarian seperti sebelumnya. 

Area permukaan terbagi dalam 6 sektor, dan bawah air terbagi dalam 4 sektor, serta penyisiran di sepanjang garis pantai dengan mengerahkan para nelayan. 

Untuk operasi pencarian malam hari, Basarnas masih mengandalkan operasional KRI Rigel TNI AL, KR Baruna Jaya BPPT, KN Ara Kemenkomarves, dan KN SAR Wisnu Basarnas, yang dilengkapi peralatan bawah air (underwater) seperti Multibeam Echosounder, Scan Side Sonar, Remotely Operated Vehicle (ROV), dan Ultra Short Base Line (USBL) transponder. Kapal-kapal tersebut menyisir 4 sektor. 

Pada penyisiran tersebut, ROV masing-masing kapal akan mengirimkan citra. Jika citra itu masuk dalam obyek pencarian maka akan diberi marking (tanda) koordinat. Koordinat-koordinat itulah yang selanjutnya dicari dan dievakuasi oleh tim penyelam keesokan harinya. 

Area pencarian bawah laut oleh tim penyelam juga telah dipersempit dan difokuskan pada posisi koordinat jatuhnya pesawat. Tim selam dibagi menjadi 4 sektor area. Masing-masing sektor luas areanya 15 meter persegi dengan kedalaman air 16,4 meter.

Sektor 1 oleh Dinas Penyelamatan Bawah Air (Dislambair). Sektor 2 oleh Detasemen Jalamangkara (Denjaka) dan Pengintaian Amfibi (Taifib). Sektor 3 oleh Basarnas Special Froup (BSG), Polisi, Bea Cukai, Bakamla, Possi, Indonesia Diver Rescue Team (IDRT) dan Potensi SAR lainnya. Dan, Sektor 4 oleh Kopaska (Komando Pasukan Katak). 

Mereka melakukan penyelaman untuk mencari human body remains, material pesawat, dan memori Cockpit Voice Recorder (CVR) pada point-point yang telah diberi marking ROV. 

Terkait pencarian memori CVR, tim penyelam masih melakukan pencarian secara manual atau konvensional. Dengan kondisi bawah laut yang banyak terdapat serpihan pesawat dan berlumpur dan arus bawah air, para penyelam cukup kesulitan dan membutuhkan waktu relatif lama.

Ya, karena dua pinger atau underwater locator beacon (ULB) CVR tersebut sudah terlepas dan telah ditemukan bersamaan dengan penemuan Flight Data Recorder (FDR). Sementara temuan terakhir tim penyelam merupakan casing atau bungkus CVR. 

Data ini sangat diperlukan oleh tim KNKT karena memori tersebut menyimpan semua percakapan terakhir pilot dan crew pesawat Sriwijaya SJ-182 untuk mengungkap jatuhnya pesawat naas tersebut. 

“Operasi ini kami laksanakan 24 jam, siang dan malam hari. ,” ungkap Kabasarnas. 

Kabasarnas juga menyampaikan perkembangan pelaksanaan operasi SAR gempa bumi di Mamuju dan Majene Sulawesi Barat (Sulbar). 

Jumlah korban meninggal dunia terdata 84 orang dengan rincian 77 orang di Mamuju dan 11 orang di Majene. 


Sementara perkembangan operasi SAR banjir di Kalimantan, korban jiwa 3 orang dan 7778 dievakuasi. 

Untuk update tanah longsor Sumedang Jawa Barat, tim SAR gabungan kembali berhasil menemukan korban. Dari 65 korban, tim SAR berhasil menyelamatkan 25 orang, menemukan korban meninggal dunia 38, dan 2 orang masih dalam proses pencarian. 

Seperti diberitakan sebelumnya, pesawat Sriwijaya SJ-182 route Jakarta-Pontianak dilaporkan hilang kontak pada Sabtu (09/1/2021) sore sekitar pukul 14.40 WIB. Pesawat jatuh di kawasan Kepulauan Seribu pada koordinat 05°57’47.81’’ S – 106°34’10.76’’ E.

Pasawat yang bertolak dari Bandara Soekarno-Hatta tersebut mengangkut penumpang sebanyak 62 penumpang, terdiri dari 6 awak aktif, 40 orang dewasa, 7 anak-anak, 3 bayi dan 6 awak sebagai penumpang. 

Saat operasi SAR SJ-182 tengah berlangsung, bencana tanah longsor terjadi di Desa Cihanjuang Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang, Sabtu (09/12) sekitar pukul 16.45 WIB. Longsor berikutnya terjadi sekitar pukul 19.30 WIB. Longsor kedua ini mengakibatkan lebih banyak korban tertimbun karena pada saat kejadian banyak warga dan tim SAR gabungan yang sedang melakukan evakuasi dan pendataan jumlah korban pada longsor pertama.

Bencana selanjutnya adalah banjir yang merendam sejumlah daerah di Kalimantan Selatan (Kalsel) dalam beberapa hari terakhir akibat intensitas hujan yang tinggi hingga mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dan belasan ribu warga dievakuasi.  

Belum selesai, bencana gempa bumi cukup besar terjadi Sulawesi Barat. Mamuju dan Majene digoncang 2 gempa berkekuatan cukup besar selama 2 hari berturur-turut.  

Gempa pertama terjadi hari Kamis (14/1/2021) pukul 14.45 WITA dengan kekuatan magnitudo 5,9. Pusat gempa di darat, tepatnya 4 km arah barat laut Majene. Gempa kedua dengan skala lebih besar, 6,2 SR menyusul keesokan harinya, Jumat (15/1/2021) dini hari pukul 02.28 WITA.

Gempa pada kedalaman 10 km itu berjarak sekitar 35 km selatan Kota Mamuju dan sekitar 62,2 km sebelah utara Kota Majene. 

Selain mengakibatkan puluhan korban meninggal dunia, ratusan korban luka berat dan ringan, serta ribuan warga dievakuasi, gempa tersebut juga merusak infrastruktur, mulai dari jembatan, gedung perkantoran, ruko, hotel, rumah sakit, kendaraan, dan ratusan rumah warga. (*)

Post A Comment: