Foto istimewa.

Mesuji (Pikiran Lampung)
- Saat ini selain karena faktor Covid19, warga di Provinsi Lampung, khususnya petani dibuat tertunduk lesu. Hal ini disebabkan harga jual hasil pertanian yang terjun bebas. Setelah harga jual singkong turun, kini harga gabah dan ampas singkongpun ikut murah. Hal ini seperti yang dialami oleh petani di Bumi Ragab Begawi Caram.

Dari informasi yang ada, petani padi di Tanjung Serayan, Kota Terpadu Mandiri(KTM), Kecamatan Mesuji Kabupaten Mesuji menjerit dikarenakan harga gabah anjlok.


Harga jual gabah tldak sesuai dengan biaya tanam padi, kata Jani, salah satu petani setempat, Ahad (21/3/2021) seperti dikutip dari Antara.

Selain itu, para petani padi harus merogoh kocek untuk mengangkat gabah dengan nominal Rp5.000/karung.

Jani (38), petani di Desa Tanjung Harapan, Kecamatan Mesuji, Kabupaten Mesuji,  mengatakan penurunan harga ini membuat pendapatan petani sedikit terpengaruh.

"Permainan tengkulak memang semakin menjengkelkan dan meresahkan. Petani rugi besar, karena ongkos produksi terus naik dan jalan makin rusak parah karena tidak pernah dibenahi sehingga mengangkut gabah harus pakai ojek, jadi ketika panen malah merugi," katanya.

“Dengan harga gabah Rp3.500 per kilogram, maka harga jual beras hanya berkisar Rp7.300 hingga Rp8.000 per kilogramnya,” kata dia.

Ia mengharap pemerintah memperhatikan persoalan ini karena penurunan harga gabah dirasakan tidak sejalan dengan target pemerintah untuk meningkatkan produksi pangan.

“Harusnya harga gabah ini dikendalikan, supaya petani semangat terus berproduksi demi peningkatan ketahanan pangan,” kata dia.

Di tempat terpisah, Rullo, petani padi di Desa Tanjung Serayan, Kecamatan Mesuji, juga merasakan penurunan harga gabah ini.

“Panen kali ini hanya Rp3.500 per kg, biasanya harga gabah bisa Rp5.000 per kilogram,” katanya.

Sementara itu, sejumlah petani juga menyebutkan jika harga ampas singkong atau onggok di juga turun drastis.

"Meski harga singkong naik dibandingkan tahun lalu, tetapi harga onggok justru turun," kata  Mijan salah satu petani di Kecamatan Simpang Pematang, Kabupaten Mesuji.
Onggok merupakan sisa atau ampas pati singkong. Namun harganya kini  turun menjadi Rp800/kg, sebelumnya Rp1.800/kg.

" Delapan ratusan per kilogram itu untuk harga onggok kering. Kalau onggok basah sekitar Rp100 untuk satu kilogram," ujar Mijan  warga Kecamatan Simpang Pematang yang juga pengepul onggok.

Ia menjelaskan, onggok dibeli dari pabrik pengolahan tepung tapioka dalam kondisi basah. Setelah itu, perlu dikeringkan selama sekitar 3-5 hari.
Pada musim hujan, pengeringan onggok butuh waktu berkisar 6 - 15 hari.

Terkait kenaikan harga onggok itu, ia mengatakan hal itu membuat ratusan pebisnis onggok terancam gulung tikar karena  onggok  langka. 

"Harga onggok basah saat ini berkisar Rp100/kg, namun masih harus dikirim keluar daerah sehingga perlu tambahan ongkos kirim dan biaya lainnya," katanya. (Ant/P1)

Post A Comment: