Salah satu manuskrip Lampung. Foto istimewa

Bandarlampung (Pikiranlampung)-
Provinsi Lampung memiliki banyak manuskrip atau monografi naskah kuno. Oleh karenya, perlu menjadi perhatian semua pihak untuk ikut melestarikan dan perduli. Sehingga generasi muda di Lampung bisa mengerti dan memahami sejarah daerah ini.

Bertalian dengan ini, Rektor Universitas Lampung (Unila) Prof Karomani menegaskan bahwa penyusunan draf Monografi Naskah Lampung perlu didukung oleh semua pihak, sebab hal tersebut bentuk upaya guna melestarikan budaya lokal.

"Penting kita dukung untuk kegiatan itu, karena untuk melestarikan dan menjaga budaya di masing-masing daerah di Indonesia," kata Rektor Unila, di Bandarlampung, Rabu.

Dia menjelaskan bahwa monografi ini merupakan budaya yang akan dilestarikan, sehingga nilai-nilau budaya keindonesiaan yang mengandung kearifan lokal tidak akan hilang tergerus zaman.

"Kalau nilai-nilai budaya ini kita rawat, jaga dan lestarikan di masing-masing daerah, maka hidup akan semakin sejuk dan aman, sehingga tidak akan ada lagi radikalisme," kata dia.

Menurutnya, di tengah-tengah gempuran informasi dan teknologi, anak-anak muda atau milenial terkadang kurang menghargai nilai-nilai budaya.

"Mungkin kemasan saja. Tapi kita sekarang sudah ada digitalisasi aksara Lampung, sehingga ini perlu lebih masif disosialisasikan," kata dia.

Jangan sampai, lanjut dia, orang dari luar negeri yang lebih tahu atau paham mengenai nilai-nilai budaya yang ada di Indonesia.

"Di sejumlah museum negara banyak dari mereka yang mempelajari budaya kita dan paham betul, jadi ini jangan sampai kita kalah dari mereka," kata dia lagi.

Sementara itu, Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Agama Jakarta Nurdin menegaskan bahwa Pemerintah Provinsi Lampung harus fokus dan memperhatikan penyusunan draf Monografi Naskah Lampung ini.

"Harapan kami terutama kepada pemda ada keberpihakan yang cukup maksimal konservasi-konservasi naskah yang ada Lampung serta melakukan pengkajiannya," kata dia.

Sebab, lanjut dia, apabila hal tersebut hanya dilakukan oleh pihaknya sendiri tidak akan memungkinkan, apalagi untuk melakukan penelitian lebih jauh terhadap semua manuskrip yang ada di Lampung.

"Oleh karena itu, kami coba membuat katalognya agar pemprov dan universitas-universitas dapat menelitinya lebih jauh lagi, karena kan dosen-dosen juga diberikan bantuan untuk melakukan riset-riset yang mungkin selama ini belum banyak terjun ke dunia pernaskahan," katanya pula.

Nurdin mengharapkan ke depan Monografi Naskah Lampung dapat menjadi sumber pengetahuan budaya adat setempat yang dipelajari oleh banyak kalangan.

"Sekarang kami sedang dalam tahap awal penyusunan Monografi Naskah Lampung yang akan dibuatkan ringkasan dalam bentuk katalog, agar dapat dipelajari oleh peneliti dari Lampung, bahkan internasional guna mengetahui budaya di sini," kata Nurdin, di Bandarlampung.

Dia pun menginginkan agar Monografi Naskah Lampung ini dapat menjadi sumber pembelajaran bagi anak-anak di sekolah sebab saat ini masih banyak dari kaum muda tidak mengerti nilai-nilai budaya yang ada di daerahnya.

"Untuk itu, maka kami berkolaborasi dengan pemda, dan universitas seperti Unila dan UIN Raden Intan untuk menghadirkan manuskrip ini berbentuk katalog, agar dapat dijadikan bahan penelitian oleh kampus atau pembelajaran oleh siswa," kata dia lagi.

Ia mengungkapkan bahwa sejauh ini sudah terdapat 82 Monografi Naskah Lampung yang dikumpulkan dari beberapa daerah di provinsi ini.

"Ada 82 manuskrip yang sudah terkumpul dimana 32 di antaranya berada di Museum Lampung, dan sisanya tersebar di daerah-daerah seperti Lampung Timur, Liwa, dan lainnya, namun sebenarnya masih banyak lagi jika kita cari," kata dia.

Ketua Tim Peneliti dari Kementerian Agama Zulkarnain Yani menyatakan bahwa dari banyak manuskrip yang ditemukan, rata-rata di dalamnya berisikan tentang politik, agama, kesehatan, ekonomi, dan mantra-mantra.

"Dalam manuskrip naskah Lampung ini juga, saya menemukan rata-rata tulisan-tulisan yang berada di pelepah kayu menggunakan bahasa dan aksara Lampung, tapi ada juga bahasa Melayu dan Cirebon," kata dia lagi.

Dalam penelitian ini, lanjut dia, pihaknya dibantu dari Balai Bahasa di Lampung yang mengerti atau ahli dalam mengartikan naskah-naskah klasik yang diperkirakan telah berusia ratusan tahun tersebut.

Dia pun mengatakan bahwa kegiatan mengumpulkan manuskrip naskah Lampung ini sudah dari tahun 2018 berlanjut ke 2019, namun sempat terhenti dan sekarang kembali dilanjutkan dengan tahapan menyusun draf monografinya.

"Kendala di lapangan untuk mendapatkan naskah-naskah ini tidak ada, karena kami juga menggandeng orang Lampung yang mengerti dan paham budaya di sini, tapi ada juga beberapa pemilik manuskrip enggan memberikan dan melihat naskahnya karena alasan tertentu," kata dia pula. (ant/P1)

Post A Comment: