Bandarlampung (Pikiran Lampung) - Di tengah situasi sulit masa pandemi Covid19 ini, umat Islam akan kembali merayakan Tahun Baru Islam 1 Muharam 1443 Hijriah yang jatuh besok Selasa (10/8/2021) Untuk libur nasional telah digeser ke hari Rabu (11/8/2021).
Lalu bagaimana anjuran untuk umat Islam khususnya yang ada di Indonesia dalam merasakan hari besar tersebut. Dikutif dari berbagai sumber, saat merayakan Tahun baru Islam, sebaiknya umat islam perbanyak ibadah di Masjid, berkumpul dengan keluarga serta sahabat. Yang dIsertai pula saling memberi hadiah dan saling mendoakan. Sejarah 1 Muharram tahun baru Islam, ditandai dengan peristiwa besar yakni peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW.
Mengutip laman LPPI Universitas Muhammadiyah Purwokerto, kalender Hijriah adalah penanggalan Islam yang dimulai dari peristiwa hijrah Nabi Muhammad saw dari kota Mekkah ke Madinah pada tahun 622 Masehi.Perhitungan Tahun Baru Islam bermula di masa Umar bin Khattab R.a. tepatnya 6 tahun pasca-wafatnya Nabi Muhammad SAW.
Di beberapa tempat ada beberapa kebiasan untuk mengisi tahun Islam ini. Di Lampung, umat Islam biasanya merayakan dengan berkumpul di masjid dan keluarga serta pawai kembang telur.
Di Jeddah, Arab Saudi, para muslim memiliki tradisi menyajikan segelas susu di pagi hari. Tujuannya, agar sisa tahun tetap bersih dan putih. Lalu di siang hari, mereka menyajikan makanan yang didominasi warna hijau (Mulukhia) dengan harapan sisa tahun tahun akan diberkati).Di Indonesia, sebagian muslim berkirim ucapan selamat tahun baru dan saling mendoakan kebaikan satu sama lain baik itu melalui pesan elektronik ataupun cuitan di media sosial.
Masyarakat di Semarang, umumnya menyajikan tumpeng dengan berbagai lauk pauk dan menggelar perayaan. Nantinya, tumpeng akan disantap bersama-sama dalam balutan tradisi "Kembul Bujana".
Di Indonesia, sebagian muslim di berbagai daerah biasanya menyajikan kuliner khas di tanggal itu. Umat Islam di Gorontalo misalnya, yang akan menyajikan kue apangi atau apem yang berbahan dasar tepung beras dan gula merah. Gula merah melambambangkan keberanian atau pengorbanan sementara kue apem berwarna putih sebagai simbol kesucian.
Di sisi lain, muslim Ki Gede Ing Suro Kota Palembang umumnya menyajikan bubur suro. Bubur ini ditambah berbagai bumbu seperti bawang putih, bawang merah, ketumbar, merica, garam, kecap, bumbu sop dan minyak makan.
Post A Comment: