Tulangbawang (Pikiran Lampung) -
Pembangunan Patung Dwi Sri di Kabupaten Tulangbawang menuai ptotes keras dari warga, tokoh adat dari Mego Pak 'marah' dan protes keras. 

Menyikapi ini, perwakilan tokoh pemuda Kampung Paduan Rajawali, Kecamatan Meraksa Aji, Darsani, S.Pd bergerak cepat menyikapi polemik keberadaan patung Dewi Sri yang dianggap sejumlah tokoh setempat tidak sesuai dengan kultur dan kearifan lokal

Agar tidak membias dan berlarut-larut, dini hari tadi Darsani bersama Ketua Adat Marga Buay Aji Rusdi Rifaie, SH dan Anggota DPRD Tulang Bawang Hamdi, SE turun langsung ke lapangan guna melakukan pantauan. dan bertemu dengan sejumlah tokoh yang menyatakan keberatan dengan keberadaan patung.

"Alhamdulillah hari ini, hadir ditengah-tengah kita, Bung Rusdi Ketua Adat Marga Buay Aji dan Bung Hamdi Anggota DPRD Tulang Bawang dari Komisi Bidang Pembangunan, yang saya ajak turun langsung dengan harapan dapat membantu menyelesaikan permasalahan bangunan patung Dewi ini,"Kata Darsani, ditemui di Lokasi, Rabu (17/11) tadi siang.

Seperti diketahui, lanjutnya, belakangan ini telah viral di media sosial suara-suara lantang penolakan lantaran dianggap tidak ada musyawarah dengan para tokoh adat, tokoh agama dan tokoh masyarakat serta tokoh pemuda. Setelah mengetahui bangunan terbungkus terpal hijau itu adalah bangunan patung.

"Oleh karenanya, kami turun kesini dengan tujuan agar segera mencarikan solusi dan jalan keluar terbaik, kita tidak menghambat pembangunan. Namun, apa yang menjadi aspirasi dari bawah perlu dipertimbangkan untuk menjaga situasi Kamtibmas, kami harap Pemerintah segera mengambil sikap,"tambahnya.

Sementara, Ketua Adat Marga Buay Aji, Rusdi Rifaie menanggapi serius pertanyaan wartawan. Dia mengatakan, bahwa kedatangannya merupakan tindak lanjut dari protes dan laporan masyarakat adat Megou Pak.

"Kami menghimbau, Kepada Pemerintah Daerah untuk lebih aspiratif, sehingga tak terulangkali seperti dalam hal pembangunan tugu maupun patung yang tak sesuai dengan norma-norma Agama, Adat serta Budaya, semua elemen juga perlu dilibatkan dalam kebijakan membangun,"imbaunya.

Ia menambahkan, selaku masyarakat Adat Pewaris Leluhur Kerajaan Tulang Bawang yang menjadi cikal bakal terbentuknya Kabupaten Tulang Bawang seperti sekarang ini, merasa sangat patut dilibatkan Pemerintah dalam membangun yang berkaitan dengan simbol-simbol suatu daerah.

"Alangkah baiknya kami diajak bicara. Terkait masalah ini (Patung,red) kami dari Buay Aji akan segera mengirimkan surat yang berisikan teguran dan himbauan agar segera dilakukan langkah-langkah terbaik terkait penolakan patung, dengan mengganti yang lebih bernilai historis dan mengandung kearifan lokal,"tukasnya. 

Ditempat yang sama hal senada di utarakan Anggota DPRD asal partai Demokrat, Hamdi, SE. Dirinya secara pribadi maupun atas nama wakil rakyat, mengaku turut terpanggil ingin turut mencarikan jalan terbaik. Bahkan dirinya berencana agar terus mengawal permasalahan ini agar dapat benar-benar diselesaikan dengan tuntas.

"Ini tugas kita bersama, harus kita tuntaskan. Apa yang menjadi aspirasi masyarakat harus dikedepankan, saya juga ingin mengingatkan kepada Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang agar lebih hati-hati dalam melakukan pembangunan yang bersifat menyangkut kepercayaan, semuanya harus di musyawarahkan dan disesuaikan dengan kultur masyarakat, saya lebih setuju patung itu diganti Siger, kopiah atau Tapis,"bebernya. (Red)

Post A Comment: