Bandarlampung (Pikiran Lampung) -  Pria multi talenta ini sejatinya adalah seorang aktifis yang kerap hadir menyuarakan ketimpangan sosial di masyarakat beberapa tahun silam.

 Lalu, arah angin 'merubahnya' menjadi seorang ASN dan kini menduduki posisi jabatan penting di sebuah kabupaten di Lampung. Selain aktifis kampus, pria bernama lengkap Agusri Junaidi, SE, M.Si ini, sejatinya juga adalah wartawan senior di Banten dan Lampung. 

Dan kini dia aktif di dunia sastra, dunia puisi dan cerpen sebagai wadahnya untuk menyalurkan beberapa 'Kegalauan' hati yang terpendam. 

Sang pria yang biasa oleh kami para juniornya diilustrasikan 'Bongkahan Salju Pucak Jayawijaya' ini membagikan sebuah tulisan, sebagai pesan moral jelang bulan suci Ramadhan 1443 hijriah. Berikut ini tulisannya. 

Tiada Lockdown di Hatinya adalah judul yang diusulkan Fajar Mesaz ketika cerita pendek ini tayang di Deteksi com pada 19 April 2020 lalu. Awalnya judul cerpen ini adalah Cinta Narcisus dan oleh Almarhum  Nurel Javissyarqi sempat dimuat di Sastra Indonesia.Com. Cerpen ini lahir saat Virus Corona sedang menuju puncaknya dan keinginan untuk menulis sebagai jalan keluar mengatasi rasa galau terasa sebagai tuntutan bagiku.

" Lalu ketika LNTV membuat rubrik baru, yang diberi Adolf Ayatulah nama Khasanah Cerpen, ia berbaik hati mengundang agar aku ikut berpartisipasi. Aku memilih cerpen ini untuk dibacakan sesuai janji kami, pada hari minggu kemaren sore di Lamban Akas kawasan Palang Besi. Jika membaca puisi panjang perlu sekitar lima menit, untuk cerpen bisa sampai 20 menit, dan  cukup sulit di bagian yang memuat percakapan. Dan menurutku perlu dimaklumi jika ada improvisasi dalam mempertegas wilayah ini agar makna percakapannya dapat diterima audien sesuai pesan yang ingin disampaikan. Ini penting dilakukan karna kita tak mungkin membacakan tanda petik sebagai penanda percakapan. Untuk ini aku perlu menambahkan beberapa fhrase atau kalimat seperti  ia bertanya lagi padaku, atau jawabku padanya," papar Agusri.

Seorang wartawan pemilik media on line bertanya padaku, adakah rilis media?

Ini tak terpikirkan sebelumnya, lalu aku bertanya sisi apa yang kiranya menarik buat dia? Ia jawab sisi seni dan humanisnya, mengapa orang harus membaca cerpen ini dan apa pesan moralnya?

Ini menarik. Sebuah pertanyaan kritis yang perlu diimbangi dengan pernyataan kritis. Tentunya untuk dapat sebuah kesimpulan kritis teman-teman mestinya bersedia menyumbang internet untuk menonton sampai tuntas 15 menit tayangan ini.

"Saya coba memberikan sedikit tanggapan untuk wartawan itu.Narcisus adalah orang yang mencintai dirinya sendiri. Mitologi ini berkembang dalam cerita Romawi dimana seseorang bernama Narcisus melihat bayangannya di permukaan telaga dan ia mencintai pantulan dirinya itu. Kita lebih sederhana menyebutnya narsisme. Pengidap narsisme ini dalam prilaku sehari-hari mungkin amat gemar bercermin mengagumi dirinya sendiri.

 Pendek kata ia mencintai dirinya sendiri dan ia mungkin hanya tertarik dengan orang-orang yang sempurna, tanpa kelemahan. Ia  tak akan mampu mencintai dengan apa adanya. Namun tak akan pernah ada yang sempurna dan pengidap narsisme hanya akan menemui kekecewaan.

"Dalam cerita ini, tokoh Aku adalah pengidap narsisme yang belajar mencintai seseorang. Ia berusaha menerima sosok lain sebagai bagian dirinya. Ia berhenti menunggu ada yang sempurna, ia berusaha mengalahkan ego dirinya, ia buta tentang cinta, ia kecewa, ia terobsesi dan nyaris berpikir bunuh diri. Ia kalah, pilihannya tak dapat ia raih dan ia menangisi kenyataan itu. Sementara sosok yang ia cintai itu menikah dan ia hidup sebagai pungguk merindukan bulan, "jelasnya.

Setelah semua itu si narsis belajar memahami jiwa wanita, ia kemudian terlatih menundukkan wanita. Ia bermain dengan kepandaiannya itu dan ia akhirnya mahir dalam permainan.

Pesan moralnya, semua manusia dibentuk oleh pengalaman batinnya. Seseorang menjadi jahat mungkin sebab diperlakukan dengan jahat begitu  juga sebaliknya. "Saya teringat dengan ungkapan Shoe Hok Gie : The Man is as he think, you cannot change it. Manusia adalah produk lingkungan, produk masalalu. Manusia dibentuk oleh pengalaman batinnya," ujar Agus, Lanjutnya, seorang narsis sampai pada titik balik hidupnya menjadi seorang pecinta. Terkadang perubahan itu dapat mencapai titik yang ekstrem akibat situasi yang mendasarinya.

"Dalam cerita ini mereka bertemu lagi kemudian dan mencoba lagi memperbaiki hubungan. Sosok dia  gagal dalam rumah tangga, sementara sosok aku meski dalam waktu itu bisa mengambil kesempatan ia tak mungkin melakukannya karena ia menyayangi keluarganya,' pungkas mantan Jurnalis Senior Lampung ini.(yoyok) 

Post A Comment: