Bandarlampung (Pikiran Lampung)- Pada masa tiga dekade lalu komunitas Lada jadi primadona dan andalan Provinsi Lampung, terutama di Kabupaten Lampung Utara dan Lampung Timur. Namun, lada kini sudah semakin meredup, bahkan banyak petani yang mengganti lada dengan komunitas lain,

Bertalian denagn ini, Wakil Gubernur (Wagub) Lampung Chusnunia Chalim (Nunik) mengatakan, pelaksanaan intensifikasi (peningkatan) tanaman lada di Lampung terus dilakukan, Hal ini untuk mengembalikan kejayaan lada hitam di daerahnya. "Kita ingin mengembalikan kejayaan lada hitam Lampung sehingga ada langkah intensifikasi yang terus dilakukan," ujar Chusnunia, di Bandarlampung, Kamis (7/7/2022).


Nuni mengatakan, salah satu langkah intensifikasi komoditas lada di daerahnya, dilakukan melalui revitalisasi (menggiatkan lagi) tanaman lada. "Jadi ada program revitalisasi tanaman lada yang rusak di daerah sentra lada seperti di Sukadana, Lampung Timur, agar produktivitas bertambah," katanya. Dia melanjutkan, hal tersebut dilakukan selain untuk meningkatkan produktivitas juga bertujuan untuk menghasilkan biji lada yang berkualitas.


"Memang saat ini sudah ada yang diekspor lada hitam Lampung, tapi nanti akan diintensifkan lagi. Jadi di desa penghasil lada akan fokus menghasilkan lada berkualitas dan bernilai ekspor," ucapnya.
Dalam mengembalikan kejayaan lada Lampung ada sejumlah hal yang harus diperhatikan salah satunya mengenai teknologi pembibitan, pengelolaan air, metode pemupukan dan pengendalian hama. Tanggapan tersebut dikatakan oleh Kepala BPTP Lampung Jekvy Hendra.
"Ada sejumlah hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan lada Lampung, yang pertama teknologi pembenihan ini jadi teknologi penting dalam mengantisipasi masalah benih yang tidak berkualitas di masyarakat," ucap Jekvy Hendra.

Ia melanjutkan, perlu pula memperhatikan teknologi tiang panjat, lalu tata kelola air yang baik jadi kunci utama dalam menghadapi musim yang tidak menantu akibat perubahan iklim.

"Selanjutnya teknologi pengendalian organisasi pengganggu tanaman ini jadi salah satu faktor penghancur yang sangat besar di lapangan, sebab selalu tanaman lada kalau sakit identik terkena busuk pangkal batang, sedangkan ada juga yang terserang penggerek ini dua hal berbeda kalau busuk pangkat batang ini akibat jamur, kalau penggerek ini akibat hewan," katanya.

Selain itu efisiensi pemupukan dan penggunaan pupuk sesuai jenis dan kondisi tanah, serta teknologi pengolahan agar tidak ada kandungan aflatoksin pada produk lada siap ekspor perlu diperhatikan pula. "Kalau ini bisa digabungkan dan aplikasikan, cara sederhana ini bisa dilakukan untuk mengembangkan lada Lampung," tambahnya.

Diketahui dengan luas area lada Lampung sebanyak 46.847 hektare, Lampung memproyeksikan pada tahun 2022 ini produktivitas komoditas andalan Lampung tersebut dapat bertumbuh hingga total 15.819 ton. Sebab saat ini produksi per hektare hanya 0,7 kuintal. (ant/p1) 

Post A Comment: