Bandarlampung (Pikiran Lampung
)+Warga dan beberapa elemen menilai Dinas Pendidikan kota Bandarlampung lemah dan tidak tegas. Pasalnya meskipun orang tua IG korban perundungan atau bullying di SD Tunas Mekar Indonesia (TMI) sudah berdamai dengan pihak sekolah, namun dinas Pendidikan tidak memberikan sanksi apapun terhadap TMI.

Saat usai pertemuan antara pihak Dinas, Dinas Perlindungan Perempuan dan Anak (P3A)  Bandar Lampung, pihak TMI dan orang tua IG. Perwakilan dinas pendidikan justru kabur melalui pintu belakang, dan tidak ikut dalam konfersi pers, Padahal seharusnya dinas pendidikan dapat memberikan penjelasan terkait sanksi apa yang diberikan kepada TMI, agar mejadi pelajaran dan contoh untuk sekolah lainnya.

” Mestinya ada sanksi yang diberikan oleh dinas kepada TMI, agar masyarakat tidak menilai “ahh cuma gitu aja” ,” kata Dwi Paryani, salah satu warga yang juga tenaga pendidik di Bandarlampung Kemarin. 

Dia menilai sanksi tegas perlu diberikan ke sekolah TMI, agar hal ini bisa membuat efek jera dan kejadian serupa tidak terulang lagi. 

Dirinya pun mempertanyakan sertifikat yang baru-baru ini diterima oleh TMI, sebagai sekolah ramah anak.

” Harus dipertanyakan kepada yang memberikan penilaian, dan memberikan penghargaan, apa indikatornya sehingga TMI bisa mendapatkan penghargaan tersebut. APakah dengan adanya masalah ini peghargaan tersebut akan dicabut, saya rasa itu harus ditelusuri,” tambahnya.

Sementra saat dikonfirmasi Megapuri kabid pendidikan dasar pada satuan kerja dinas pendidikan kota bandar Lampung, tidak juga merespon meskipun pesan WhatsApp yang dikirimkan terkirim berkali-kali, dan dalam keadaan online.

Diberitakan sebelumnya, Orang tua Murid Sekolah Dasar Tunas Mekar Indonesia (SD TMI) Bandar Lampung, merasa kecewa dengan pihak yayasan serta penanggung jawab di sekolah internasional tersebut.

Pasalnya, anaknya IG (9)yang duduk di kelas 4, harus dipindahkan karena menjadi korban kekerasan (Bulli) oleh rekan satu kelasnya. Kejadian tersebut terulang sebanyak empat kali.

Edy Firdiansyah ayah korban, merasa kesal karena kurang sigap dan kurang tegasnya pihak sekolah menyikapi hal buruk yang menimpa anak tunggalnya tersebut.

Menurut Edy, dirinya dan istri tidak pernah diberitahu oleh pihak sekolah ihwal Kekerasan yang berulang pada anaknya, guru kelas dan kepala sekolah justru merahasiakan hal tersebut, hingga pada akhirnya dirinya mengetahui setelah ada pengakuan dari anaknya.

“ Kami curiga kenapa anak ini setiap pulang sekolah kok murung, setelah kami paksa akhirnya dia mengakui apa yang dia alami. Setelah itu kami laporkan ke pihak sekolah. Wali Kelas dan Kepala Sekolah sudah mengakui adanya kekerasan yang dilakukan oleh BM (teman IG) saat sedang dalam lingkungan sekolah. Lalu saya meminta agar pihak sekolah dapat memberikan sangsi kepada GM, agar tidak mengulangi kejadian tersebut, akan tetapi pihak sekolah tidak dapat mengabulkan permohonan saya,” katanya, Senin (01/08). Reporer Pikiran Lampung TV melaporkan

Post A Comment: