Malang (Pikiran Lampung) -
Sejarah paling kelam. dalam lembar catatan sepak bola di dunia berpotensi ditorehkan Indonesia andai angka korban jiwa terus bertambah. 

Sebab, laporan terakhir menyatakan korban jiwa Tragedi Kanjuruhan mencapai 174 orang, berpotensi melampaui rekor dunia di Peru.

Tragedi pertandingan Arema FC kontra Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan menjadi laga paling mematikan dalam 50 tahun terakhir di dunia.

Laga Arema FC kontra Persebaya Surabaya, Sabtu (1/10/2022), menimbulkan kekacauan setelah peluit akhir yang direspons tak bijak oleh aparat.

Saat artikel ini ditulis, korban jiwa akibat tragedi di Stadion Kanjuruhan berada di angka 174 orang, dengan berbagai laporan di media sosial telah menembus 200 orang.

Angka resmi 174 orang diungkap oleh wakil gubernur Jawa Timur, Emil Dardak. "Kami mendapatkan data dari BPBD Jatim bahwa per pukul 09.30 tadi masih 158 orang yang dinyatakan sebagai korban meninggal dunia," ujar Emil dikutip dari Surya (2/10/2022).

"Namun pada pukul 10.30 jumlah korban meninggal dunia bertambah menjadi 174 orang," jelasnya.Apabila laporan di media sosial yang menyebut lebih dari 200 orang dapat dikonfirmasi, bisa dikatakan korban jiwa akibat tragedi ini sangat mungkin melebihi angka resmi dari pemerintah.

Adapun dalam daftar pertandingan sepak bola paling mematikan dalam sejarah, Tragedi Kanjuruhan telah memecahkan rekor 50 tahun terakhir.

Tragedi lain yang telah dilewati Kanjuruhan adalah Bencana Accra Sport Stadium di Ghana pada 2001 yang mencapai 126 orang.

Dilansir dari Price Economics, catatan terburuk sepanjang sejarah terjadi 58 tahun yang lalu, yaitu bencana Estadio Nacional di Peru, yaitu di angka 328 orang.

Tragedi Kanjuruhan harus menjadi titik balik bagi PSSI segenap stakeholder untuk mereformasi penyelenggaraan pertandingan di Indonesia.Daftar pertandingan paling mematikan dalam sejarah, Tragedi Kanjuruhan ada di peringkat dua. 

Daftar pertandingan paling mematikan dalam sejarah, Tragedi Kanjuruhan ada di peringkat dua.Sebagai contoh, tragedi Hillborough di Inggris memunculkan penyelidikan Lord Justice Taylor yang mengungkap kesalahan polisi dan menelurkan rekomendasi penting.

Belajar dari Hillsborough, stadion-stadion di Inggris diwajibkan dipasang kursi dan tak boleh ada pagar.

Stadion yang "all-seated" memudahkan panitia untuk menjual tiket sesuai kapasitas tribun, yang tidak dilakukan pada laga Arema FC vs Persebaya. 

Dalam dokumen yang beredar, pihak Arema FC mencetak tiket sebanyak 42 ribu, meski kapasitas stadion cuma 38 ribu.

Jumlah korban jiwa bisa bertambah seturut update terkini dari pihak berwenang.(bolaNas.com/p1) 

Post A Comment: