lisensi

Jumat, 21 Maret 2025, Maret 21, 2025 WIB
Last Updated 2025-03-22T00:31:49Z
Bazar Ramadan 1446 HMekah Kecil di China

Anjangsana Ramadan, Mengenal Keunikan Negeri ‘Mekah Kecil di Tiongkok’

Advertisement

Foto suasana Kota Linxia di china yang penuh dengan nuansa sejuk Ilsami. istimewa

 TIONGKOK (Pikiran Lampung) – Dalam sebuah hadist diriwatkan jika nabi Muhammad SAW bersabda tuntutlah ilmu hingga ke negeri China. Walaupun hadist ini termasuk lemah, namun patut dipelajari setiap hal unik dari negeri yang warganya berjumlah 2 milyar lebih dan tersebar di hampir seluruh dunia.


Kali ini kita akan beranjangsana khusus Ramadan di Kota Linxia, sebuah prefektur otonomi di Provinsi Gansu. Dimana daerah ini  kerap dijuluki sebagai “Mekah Kecil di Tiongkok”, dikutif dari laman Herald,id.


 Kota ini menjadi pusat komunitas Muslim di Negeri Tirai Bambu dengan lebih dari 3.000 masjid yang tersebar di seluruh penjuru kota. Sekitar 55% penduduk Linxia berasal dari suku minoritas Muslim, seperti suku Hui, Dongxiang, dan Bao’an.

 Linxia juga memiliki peran penting dalam Jalur Sutra, jalur perdagangan kuno yang menghubungkan Asia, Timur Tengah, dan Eropa.

Sejarah Islam di kota ini bermula sejak abad ke-7, ketika para pedagang Arab dan Persia datang berdagang, kemudian menetap dan berbaur dengan penduduk setempat. Gelombang migrasi Muslim semakin meningkat pada abad ke-13, ketika pasukan Mongolia membawa serta komunitas Islam dari Asia Tengah ke Tiongkok. Dari proses asimilasi inilah lahir suku Hui, yang kini menjadi komunitas Muslim terbesar ketiga di Tiongkok dengan populasi sekitar 11 juta jiwa.

 


 Tradisi Ramadan dan Budaya Islam di Linxia Menjelang bulan suci Ramadan, suasana Linxia semakin terasa religius. Hampir di setiap sudut kota dapat ditemukan masjid dengan arsitektur unik yang menggabungkan unsur Tiongkok dan Timur Tengah.

Kaligrafi Arab menghiasi dinding-dinding masjid, sementara seni pahatan kayu dan batu menunjukkan akulturasi budaya Islam dan Tionghoa.

 Salah satu kawasan bersejarah di Linxia adalah Pang Sang, yang secara harfiah berarti “Delapan Masjid dan Tiga Belas Lorong”. Tempat ini merupakan pusat komunitas Muslim sejak zaman Dinasti Qing dan kini menjadi daya tarik wisata religi. Masjid-masjid tua berusia ratusan tahun masih berdiri megah, di antaranya Masjid Chengen dan Masjid Barat, yang tetap menjadi pusat kegiatan ibadah hingga kini.


Di Linxia, tradisi Ramadan terasa sangat kental. Ketika azan Magrib berkumandang, umat Muslim berbondong-bondong menuju masjid untuk berbuka puasa dan melaksanakan salat Tarawih.

 


 Salah satu tradisi khas Linxia adalah penyediaan makanan berbuka seperti mie sapi khas suku Hui, sup pedas, dan berbagai olahan daging halal yang dijajakan di restoran-restoran Muslim yang khusus buka pada malam hari hingga waktu sahur.

Selain sebagai pusat keislaman, Linxia juga terkenal dengan industri seni Islamnya. Di berbagai toko, dijual ornamen-ornamen kaligrafi Arab, peralatan ibadah, serta berbagai dekorasi Islami hasil kerajinan tangan masyarakat setempat. Linxia juga memiliki aturan ketat bagi warganya yang ingin menunaikan ibadah haji. Muslim di Tiongkok harus mendaftar dan masuk dalam daftar antrean yang bisa memakan waktu hingga 10 tahun.


 Setiap tahunnya, sekitar 10.000 Muslim Tiongkok diberangkatkan ke Makkah, dengan biaya perjalanan haji mencapai Rp145 juta. Dikenal sebagai kota dengan kehidupan Islam yang harmonis, Linxia membuktikan bahwa Islam dapat hidup berdampingan dengan budaya lokal tanpa kehilangan identitasnya. Keberagaman budaya dan agama yang terjalin di kota ini menjadikannya salah satu pusat peradaban Islam terbesar di Tiongkok.

Pada Ramadan 2025 ini, kota ini ramai dengan bazaar Ramadan, layaknya di Indonesia, yang menjual makanan serta takjil serta ramai menjelang waktu berbuka.  (***)