Advertisement
Bandar Lampung - Allah telah menciptakan segala sesuatu dengan keseimbangan dan keteraturan yang sempurna. Langit, bumi, kehidupan, hingga takdir setiap manusia berjalan sesuai dengan ketetapan-Nya (Qadarullah). Sebagaimana Allah berfirman:
إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ
Artinya: Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran (QS Al-Qamar: 49).
Namun, sering kali manusia memilih jalannya sendiri, yang jauh dari desain Allah. Kita berharap selamat dunia akhirat, tetapi langkah yang kita tempuh justru menyimpang dari petunjuk-Nya. Kita menginginkan kemuliaan, tetapi tidak melalui jalan yang dimuliakan. Kita mengharapkan keberkahan Lailatul Qadar, tetapi tidak menyiapkan diri sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah saw. Maka, bagaimana mungkin kita sampai pada tujuan, jika jalan yang kita tempuh tidak sesuai dengan arah yang benar? Lalu, mengapa kita sering kali merasa tersesat?
Mengapa Kita Menempuh Jalan yang Berbeda?
1. Berharap Keselamatan, tetapi Menjauh dari Petunjuk-Nya
Kita semua ingin hidup bahagia dan selamat dunia akhirat. Namun, di saat yang sama, kita sering mengabaikan petunjuk yang telah Allah turunkan. Al-Qur’an diturunkan bukan sekadar untuk dibaca, tetapi untuk menjadi pegangan hidup. Seberapa sering kita membaca Al-Qur’an bukan sekadar sebagai bacaan ritual, tetapi sebagai cahaya dalam keputusan-keputusan kita? Seberapa sering kita benar-benar bertanya: Apakah yang saya lakukan hari ini sesuai dengan petunjuk-Nya? Jika kita menginginkan keselamatan tetapi mengabaikan jalan yang telah Allah tunjukkan, bagaimana mungkin kita sampai ke tempat yang kita harapkan?
2. Menginginkan Kemuliaan, tetapi Enggan Menempuh Jalan yang Mulia
Banyak orang ingin dihormati dan sukses dalam hidupnya, tetapi tidak melalui jalan yang terhormat. Kita ingin mendapatkan kepercayaan orang lain, tetapi masih sering mengabaikan kejujuran. Kita ingin kehidupan yang berkah, tetapi masih terjebak dalam kemalasan dan mencari jalan pintas. Allah telah menunjukkan bahwa kemuliaan bukanlah sesuatu yang datang dengan sendirinya. Ia harus diperjuangkan dengan kejujuran, dengan kerja keras, dengan ilmu, dan dengan ketakwaan. Lihatlah bagaimana Rasulullah saw mencapai puncak kemuliaan. Bukan dengan harta, bukan dengan kedudukan, tetapi dengan kesabaran, akhlak yang tinggi, dan perjuangan yang tanpa henti. Lalu, bagaimana dengan kita? Apakah kita masih mengharapkan kemuliaan tanpa mau bersusah payah menempuh jalannya?
3. Berharap Lailatul Qadar, tetapi Tidak Mengasah Diri
Lailatul Qadar adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan. Kita semua berharap bisa mendapatkannya. Tetapi, apakah kita telah bersiap menyambutnya? Rasulullah saw mengajarkan bahwa Lailatul Qadar bukanlah hadiah yang diberikan begitu saja, melainkan sesuatu yang harus diusahakan. Beliau menghidupkan malam-malam terakhir Ramadhan dengan ibadah, doa, dan penghambaan total kepada Allah.
Tetapi bagaimana dengan kita? Apakah kita benar-benar memanfaatkan malam-malam Ramadhan untuk mendekat kepada-Nya? Ataukah kita masih lebih sibuk dengan dunia, dengan layar ponsel, dan dengan aktivitas yang tidak mendekatkan kita kepada-Nya? Jika kita ingin mendapatkan malam yang penuh keberkahan ini, maka kita harus bertanya pada diri sendiri: Apakah saya sudah cukup mempersiapkan diri untuk menyambutnya? Allah telah merancang kehidupan ini dengan keseimbangan yang sempurna.
Jika kita ingin hidup bahagia, kita harus hidup sesuai dengan desain-Nya. Jika kita ingin mendapatkan keberkahan, kita harus menempuh jalan yang telah Allah tetapkan. Tidak ada keberhasilan tanpa usaha. Tidak ada keselamatan tanpa mengikuti petunjuk-Nya. Tidak ada kemuliaan tanpa kesungguhan dalam menempuh jalan yang benar. Maka marilah kita menyesuaikan keinginan dengan jalan yang Allah tetapkan. Jika ingin keselamatan, ikuti petunjuk-Nya. Jika ingin kemuliaan, tempuh jalan yang Allah muliakan.
Menjadikan Ramadhan sebagai momentum perubahan. Jangan hanya berharap mendapat Lailatul Qadar, tetapi siapkan diri dengan ibadah dan kebaikan. Mencari kembali makna hidup kita dalam Al-Qur’an. Karena di sanalah ada petunjuk bagi siapa saja yang ingin berjalan dalam cahaya-Nya. Kita sering bertanya, Mengapa hidup saya tidak sesuai harapan?, Jawabannya mungkin sederhana: Karena jalan yang kita tempuh tidak sesuai dengan jalan yang telah Allah rancang untuk kita.
Maka, jika kita benar-benar menginginkan keberkahan, keselamatan, dan kemuliaan, jalan satu-satunya adalah kembali kepada desain Allah. Ramadhan masih ada. Kesempatan masih terbuka. Mari kembali pada jalan-Nya sebelum segalanya terlambat. Karena yang paling menyakitkan bukanlah kehilangan dunia, tetapi kehilangan petunjuk yang bisa mengantarkan kita pada keselamatan sejati. (Puji Raharjo-Ketua Tanfidziyah PWNU Lampung)