lisensi

Selasa, 15 April 2025, April 15, 2025 WIB
Last Updated 2025-04-15T13:51:22Z
Dugaan Pelecehan Seksual dr. Obgyn di Garut 15/04/2025Kriminal

Dokter Obgyn di Garut Diduga Sering Lecehkan Pasien

Advertisement


Jawa Barat (Pikiran Lampung)
- Kasus pelecehan seksual di Indonesia seakan  tak pernah habis. Kali ini dugaan pelecehan seksual yang dilakukan oleh seorang dokter spesialis kandungan (obgyn) terhadap pasiennya. Kasus yang ramai diperbincangkan di dunia maya teesebut dilakuka oleh dr. Muhammad Syafril Firdaus, dokter spesialis obgyn yang praktik di salah satu klinik di Garut, Jawa Barat. 


Kasus ini pertama kali mencuat setelah dibagikan oleh seorang dokter gigi, drg. Mirza Mangku Anom, Sp.KG, lewat akun Instagram-nya @drg.mirza. Dalam unggahan story-nya, drg. Mirza mengungkap bahwa ia menerima banyak pesan dari warganet yang mengaku menjadi korban atau mengetahui praktik tidak pantas dari dokter tersebut. 


Tak hanya itu, rekaman CCTV dari dalam ruang praktik juga turut dibagikan drg. Mirza. Dalam video tersebut, tampak dr. Syafril tengah melakukan pemeriksaan USG pada perut pasien. Namun tangan kiri dokter yang seharusnya digunakan untuk mengatur alat USG justru terlihat menyentuh bagian atas perut pasien yang dekat dengan area payudara. 


“Tolonglah, bekerja secara profesional dan bermartabat! Ini semua bukti aku punya lengkap lho, rekaman CCTV versi lengkap aku juga punya, dan aku selalu kesel ngelihat yang begini-begini,” tulis drg. Mirza dalam unggahan tersebut, seperti yang dilansir jatimtimes.com 


Menurut drg. Mirza, setelah membagikan informasi tersebut, banyak warganet mengirim pesan langsung dan membagikan pengalaman mereka. Salah satunya mengaku menjadi korban pada 2023 lalu saat memeriksakan kandungan tanpa didampingi suami. 


“Dari awal udah aneh, mungkin karena saya sendiri, ya, nggak di samping suami. Dia minta WA, ngajak jalan ini itu. Saya memang sendiri, suami lagi nggak ada. Dia ngiming-imingi, ‘Udah kamu cek ke klinik saya, nggak usah bayar,’ tapi di sana saya dilecehin. Payudara saya dimainin, saya juga ditahan pakai tangan, tetap aja tangannya mainin,” tulis korban dalam pesan yang diunggah ulang oleh drg. Mirza. 


Korban tersebut juga mengaku masih menyimpan buku konsultasi dan mencatat tanggal kedatangannya ke klinik, serta yakin bukti CCTV sangat jelas menunjukkan tindakan tak pantas tersebut. 


Tak berhenti di situ, drg. Mirza juga mengungkap adanya laporan lain yang menyebut bahwa dr. Syafril kerap menghubungi pasien secara pribadi melalui WhatsApp. Dalam pesan itu, ia disebut sering menawarkan pemeriksaan USG 4D gratis, namun disertai syarat pasien datang sendirian tanpa didampingi suami atau keluarga. 


“Dia selalu WA pasien-pasiennya, iming-iming USG 4D gratis, tapi ngajak main dan lain-lain. Tapi nggak boleh bawa suami atau siapapun pas periksa,” tulis seorang pengirim pesan yang diklaim sebagai adik tingkat yang pernah bekerja dengan terduga dokter pelaku pelecehan. 


Menurut drg. Mirza, akun Instagram milik dr. Syafril menghilang tak lama setelah unggahan pertama soal dugaan kasus ini viral. “Terpantau akun IG-nya menghilang beberapa menit setelah postingan pertamaku tentang kasusnya,” kata drg. Mirza. 


Disebutkan pula, kasus ini sebenarnya sudah dilaporkan ke pihak kepolisian sejak beberapa bulan lalu. Namun, menurut informasi dari pelapor, hingga kini belum ada tindak lanjut yang signifikan. 


“Semoga setelah mulai viral malam ini, kasus ini segera bisa ditindaklanjuti oleh kepolisian setempat,” harap drg. Mirza. 


Ia juga mendorong agar Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan organisasi profesi kedokteran segera turun tangan untuk melakukan investigasi dan memberikan sanksi tegas jika memang terbukti bersalah. 


“Masyarakat masih menunggu ini semua. Jangan sampai publik kehilangan kepercayaan kepada profesi dokter,” tulisnya. 


Menanggapi video yang viral tersebut, beberapa dokter obgyn lain ikut bersuara. Mereka menegaskan bahwa dalam prosedur USG transabdomen (USG dari perut atas), tangan kanan dokter memang digunakan untuk memegang probe (alat USG), dan tangan kiri seharusnya berada di keyboard atau alat kontrol lainnya, bukan menyentuh pasien, apalagi di area sensitif. 


“Kalaupun perlu menaikkan baju sampai setinggi dada, mintalah pasien untuk menaikkan sendiri, atau minta bantuan asisten bidan. Jangan kita sendiri. Banyak langkah menghindari fitnah dan pelecehan,” ujar seorang dokter obgyn yang enggan disebutkan namanya, seperti dikutip oleh drg. Mirza. (*)