Advertisement
BANDAR LAMPUNG (Pikiran Lampung)—Pemerintah Provinsi Lampung di era Gubernur Rahmat Mirzani Djausal (Mirza) dan Wakil Gubernur Jihan Nurlela memperkuat peran sektor pertanian dalam mendukung ketahanan pangan dan peningkatan kesejahteraan petani.
Melalui pemanfaatan
teknologi dalam 100 hari pemerintahannya sejak dilantik 20 Februari 2025.
Mengawali masa kerjanya, sebanyak 24 unit mesin pengering gabah dan empat unit
mesin penepung mocaf diserahkan kepada kelompok tani dan BUMDes di sepuluh
kabupaten/kota. Dryer tersebut multi fungsi, untuk gabah, jagung, cokelat,
kelapa dan singkong
Selain mewujudkan visi misi pembangunan yang diusung
keduanya, langkah strategis ini merupakan bagian dari pelaksanaan program
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025–2029. Kemudian,
pengendalian inflasi dan penguatan hilirisasi komoditas pertanian lokal yang
menjadi salah satu isu pembangunan nasional era Presiden Prabowo Subianto.
Pemprov Lampung melalui Dinas Perindustrian dan
Perdagangan memberikan bantuan mesin pengering padi berkapasitas 20 ton.
Bantuan ini diberikan kepada 21 kelompok tani dan tiga BUMDes di Kabupaten Way
Kanan, Tanggamus, Pesawaran, dan Lampung Barat. Dengan alat ini, proses
pengeringan gabah yang biasanya memakan waktu 36 jam dapat dipangkas menjadi
hanya 12 jam.
"Dengan alat ini, petani bisa menyimpan gabah lebih
lama, menjualnya dalam bentuk Gabah Kering Giling (GKG), dan memperoleh harga
jual yang lebih tinggi," ujar Gubernur Mirza, Kamis (22/5/2025).
Satu unit mesin dapat mengolah gabah dari lahan seluas 2–3
hektare, sehingga total kapasitas pengolahan mencapai 480 ton Gabah Kering
Panen (GKP) per hari dari 24 mesin yang disebar. "Petani kini bisa meraup
tambahan pendapatan hingga Rp550 per kilogram dengan menjual GKG dibandingkan
GKP," kata Gubernur.
Dia menambahkan, Koperasi Pertanian Serbajadi, Kecamatan
Natar, Kabupaten Lampung Selatan telah menguji mesin tersebut dan mencatat
efisiensi tinggi serta hasil gabah yang stabil. Selain mendukung panen raya,
mesin ini juga membuka peluang usaha pengeringan gabah secara komersial yang
dikelola oleh BUMDes maupun koperasi tani.
Tak hanya padi, Pemerintah Provinsi Lampung juga
memperkuat hilirisasi komoditas singkong melalui pemberian empat unit mesin
penepung mocaf (Modified Cassava Flour). Mesin ini diserahkan kepada petani di
Lampung Tengah, Lampung Timur, Way Kanan, dan Lampung Utara.
Mocaf dihasilkan dari proses fermentasi singkong dan
memiliki nilai jual lebih tinggi dibandingkan singkong segar. Dengan teknologi
ini, petani bisa memperoleh nilai tambah hingga Rp6.394 per kilogram dengan
margin keuntungan mencapai 67,2%.
"Selain bernilai ekonomi, tepung mocaf juga
menawarkan alternatif pangan yang lebih sehat dan bisa menggantikan tepung
terigu. Ini menjadi alternatif pengolahan hasil panen singkong petani,"
kata Gubernur Lampung yang pernah menjadi Ketua Himpunan Kerukunan Tani
Indonesia (HKTI) Lampung selama 10 tahun itu.
Sebagai produsen singkong terbesar di Indonesia, Provinsi
Lampung mencatatkan produksi singkong mencapai 7 juta ton pada 2025, menurut data Dinas Ketahanan Pangan,
Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung. Potensi ini menjadikan
Lampung sebagai wilayah strategis pengembangan produk turunan berbasis singkong
seperti mocaf, tapioka, hingga bioetanol.
Produksi Padi dan Luas Lahan Sawah
Provinsi Lampung menargetkan produksi padi mencapai 3,5
juta ton Gabah Kering Giling (GKG) pada
2025, meningkat dari capaian tahun sebelumnya . Untuk mendukung target
tersebut, luas tanam padi ditargetkan mencapai 1.034.205 hektare, yang mencakup
849.384 hektare pertanaman reguler serta 184.821 hektare dari optimalisasi
lahan dan cetak sawah .
Kabupaten Lampung Tengah merupakan sentra penghasil padi
terbesar di Provinsi Lampung, dengan produksi mencapai 614.016,70 ton pada 2024
. Selain itu, Kabupaten Lampung Timur dan Tulang Bawang juga termasuk dalam
lima besar kabupaten dengan produksi padi tertinggi di provinsi ini.
Kolaborasi antara pemerintah daerah dan pelaku usaha tani
menunjukkan bahwa transformasi pertanian berbasis teknologi bukan lagi wacana
di Provinsi Lampung. "Dengan infrastruktur mesin modern, Lampung siap
menjadi pusat pertanian maju yang tidak hanya produktif tetapi juga memberikan
nilai tambah tinggi bagi petani lokal," tutup Gubernur Mirza.
Di sisi lain, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Provinsi Lampung, Evie Fatmawaty, mengatakan hilirisasi pertanian dimulai dari desa.
Gubernur Lampung, pada Selasa (20/5/2025), menguji coba mesin pengering gabah
dan jagung berkapasitas 20 ton di Natar, Lampung Selatan.
"Ini bukan hanya soal alat pascapanen-tapi langkah
awal menuju industrialisasi pertanian. Kalau petani bisa mengeringkan sendiri
hasil panennya, mereka tidak lagi bergantung pada tengkulak," kata Evie.
Sehingga, petani bisa menyimpan, mengolah, dan menjual ke
industri dengan harga lebih baik. "Inilah semangat hilirisasi: menaikkan
nilai tambah di tangan petani sendiri," kata Evie.
Ke depan, Pemprov Lampung bakal bangun silo moderen dan
pabrik pengolahan di tingkat kecamatan. Lampung akan produksi tepung jagung,
konsentrat, bahkan tepung ikan sendiri, dan semua dari desa.
Dengan hilirisasi berbasis desa, Pemprov Lampung ingin
petani tidak hanya jadi produsen bahan mentah. Tapi jadi bagian dari rantai
industri. Sehingga petani untung, desa tumbuh, dan ekonomi Lampung melesat.
(ceo)