Advertisement
Lampung (Pikiran Lampung) – Dugaan adanya Kolusi, Korupsi dan nepostime (KKN) pada perencanaan serta realisasi APBD Provinsi Lampung 2024 kembali kembali berhembus kencang. Utamanya, pada program proyek fisik.
Salah satunya, yang terlihat pada proyek tugu Gapura yang
melintang di Jalan Terusan Ryacudu arah gerbang Exit Tol Kotabaru Lampung
Selatan. Bahkan, kencang berhembus informasi jika proyek tugu ini ada aroma
setoran fee proyek.
Proyek tugu ini juga tidak diketahuui secara pasti dinas mana pemiliknya. Sebab, di sekitar lokasi tidak ditemukan satupun tulisan atau papan informasi mengenai proyek ini.
Mangkraknya proyek ini juga mendapat kritikan dari Aliansi
Tunas Lampung (ATL).
Dimana, tugu ini menurut kacamata Ketua Harian Aliansi
Tunas Lampung Yusantri terindikasi bermasalah.
“ Menurut informasi yang kami terima dari masyarakat, tugu
gapura ini sangat minim manfaat. Coba dipikir secara kasat mata, untuk apa coba
dibangun tugu tersebut, manafaatnya untuk rakyat apa, ini indikasinya jelas ada
permainan anggaran untuk keuntungan pihak pihak tertentu,”kata Yusantri, Selasa
(13/5/2025).
Bahkan, menurut Yusantri hingga kini tugu tersebut
mangkrak walau sudah menghabiskan anggaran sangat banyak. “ Sekarang bisa kita
lihat, tugu tersebut mangkrang gak ada guna-guna, sementara uang rakyat sudah
habis milyaran,”tegasnya.
Oleh sebab itu, kata Yusantri pihaknya akan melakukan
investigas secara mendalam terhadap pembangunan tugu ini.
“Kita akan melakukan investigas secara mendalam, karena
diduga juga proyek ini ada aroma KKN dan setoran Fee,”tegasnya.
Diberitakan sebelumnya, Pembangunan Tugu di Jalan Terusan
Ryacudu tepatnya di jalur dua dekat Institut Teknologi Sumatera (Itera)
mangkrak dan dikeluhkan para pengendara yang melintas di jalan tersebut
Menurut informasi yang diterima Media Harian Pikiran
Lampung, Tugu tersebut dibuat pada tahun 2024 oleh CV Karya Pakarannmu dengan
nilai Rp4. 392 .960. 000 rupiah, namun
proyek pengerjaan Tugu tersebut terlihat banyak kejanggalan dan diduga mark up
harga yang cukup tinggi, serta tudak ada papan informasi pengerjaan.
"Mark up dalam artian mulai dari perencanaan,
kemudian harga bahan baku tinggi, proses
tender penunjukan dengan metode lelang, jadi sebenarnya tender pengerjaan sudah
ditetapkan namun metodenya lelang, belum
lagi sistem pengawasan pengerjaan lemah, dan menurut info yang saya terima
jadwal pengerjaan terlambat atau waktu sudah lewat kontrak," jelas sumber
terpercaya yang enggan disebutkan namanya, pada Media Harian Pikiran Lampung,
Sabtu (10/05/2025).
Sementara, para pengendara yang melintas mengaku sangat
terganggu dengan dibangunnya Tugu tersebut. Hal tersebut diungkapkan Maya (43)
warga Perum Pemda Way Huwi.
" Saya setiap hari bisa dua, tiga kali lewat Tugu
dekat Itera, saya kok menilai gak ada guna dibangun Tugu disitu, malah bikin
sempit jalan, kayak yang pemborosan gitu, gak layak aja lah dibangun, mana gak
ada tulisan atau apa, jadi aneh aja gitu," kata ibu rumah tangga tersebut.
Hal senada diungkapkan Echi (44) warga Gedung Harapan.
"Saya kadang bertanya-tanya apa maksud dibangunnya
Tugu ini, kalau sebagai petunjuk atau icon kok tidak ada bacaan apa-apa, jadi
sebenarnya fungsinya apa? bikin jalan nambah sempit, belum lagi mobil besar
seperti truk atau bus kalau lewat pinggir itu gak bisa karena tugunya sebelah
pinggir pendek ya.
Saya berharap kepada pemerintah setempat tolonglah jangan
membangun sesuatu yang malah jadi mubazir, katanya efiensi anggaran tapi kok
malah jadi boros menghambur hamburkan anggaran yang ada, alangkah baiknya
uangnya dipakai untuk hal-hal yang benar-benar perlu seperti membangun
jalan-jalan rusak dan lain lain, maaf ya Bapak Ibu saya sekedar saran, semoga
didengar," pungkas salah satu karyawan swasta di Bandar Lampung tersebut. (susi)