Advertisement
Lampura (Pikiran Lampung)- Untuk memudahkan petani dalam memperoleh pupuk dan bibit, modal awal mutlak diperlukan.
Oleh karennaya,Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal meminta agar perbankan dapat membantu mempermudah akses kredit usaha rakyat (KUR) bagi petani di daerahnya.
"Saat ini pemerintah pusat sedang fokus mewujudkan swasembada pangan, dan pemerintah daerah dalam membantu mencapai itu telah memperlengkapi 25 desa dengan mesin pengering yang bisa digunakan untuk mengeringkan padi, jagung, kelapa, hingga ubi kayu," ujar Rahmat Mirzani Djausal di Lampung Utara, Selasa (3/6).
Ia mengatakan Provinsi Lampung memiliki produktivitas padi dan jagung mencapai 3 juta ton, namun kemampuan pengeringan hanya 2 juta ton sehingga perlu bantuan dari berbagai pihak salah satunya dari perbankan agar petani, gabungan kelompok tani (Gapoktan) bisa mengakses KUR dengan mudah untuk membeli peralatan pertanian salah satunya alat pengering.
"Untuk penyediaan alat pengering pemerintah daerah tidak bisa melakukan sendiri, sebab APBD Lampung terbatas. Oleh karena itu saya mendorong perbankan memberi pinjaman KUR untuk membeli alsintan (alat mesin pertanian) dan peralatan lain ke Gapoktan, petani, koperasi, pengusaha muda desa agar bisa membeli alat pengeringnya sendiri," katanya.
Dia menjelaskan telah ada sejumlah perbankan yang memberikan perhatian bagi keberlangsungan sektor pertanian di Lampung meliputi Bank Mandiri yang telah memberi KUR petani sebanyak Rp1,5 triliun untuk penyediaan alsintan dan kebutuhan pertanian, BRI Rp7,9 triliun untuk pertanian. Kemudian Bank Lampung tahun ini akan meminjamkan hampir Rp1 triliun untuk sektor pertanian.
"Semua perbankan diharapkan memudahkan akses petani untuk membeli kebutuhan pertanian dan alsintan. Sebab bila melihat kebutuhan di Lampung butuh 900 unit combine harvester untuk melengkapi kapasitas padi, alat pengering butuh 500 unit untuk mengeringkan jagung dan padi," ucap dia.
Kemudian butuh 300 unit rice milling unit (RMU) untuk mengelola gabah menjadi beras di Lampung, dan butuh ratusan silo untuk menyimpan jagung serta komoditas ke depan.
"Kalau semua sudah terbentuk dalam waktu 2-3 tahun akan terbentuk hilirisasi komoditas berbasis industri, dan kita bisa buat konsentrat jagung sendiri tidak impor lagi dan memproduksi berbagai produk sendiri. Sehingga terbentuk swasembada dan kemandirian pangan kemudian akan membuka ribuan lapangan pekerjaan di desa," tambahnya. (ant/p1)