lisensi

Rabu, 29 Oktober 2025, Oktober 29, 2025 WIB
Last Updated 2025-10-30T07:28:32Z
Kantor SAR Lampung

Kantor SAR Lampung Gelar Rapat Koordinasi Penyusunan Rencana Kontingensi Gempa Megathrust

Advertisement



Bandar Lampung (Pikiran Lampung) - Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Provinsi Lampung menggelar Rapat Koordinasi Penyusunan Rencana Kontingensi SAR dalam menghadapi potensi gempa bumi megathrust yang dapat menimbulkan dampak besar terhadap wilayah Lampung dan sekitarnya. Kegiatan ini berlangsung di Swiss-Belhotel Bandar Lampung, Kamis (30/10/2025).


Rapat tersebut dipimpin langsung oleh Deputi Pencarian, Pertolongan dan Kesiapsiagaan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (BNPP/Basarnas), Mayjen TNI Edy Prakoso, dan dihadiri oleh unsur TNI-Polri, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), akademisi, instansi pemerintah, relawan, serta organisasi kemanusiaan.


Dalam sambutannya, Mayjen Edy Prakoso menekankan pentingnya penyusunan rencana kontingensi sebagai langkah antisipatif terhadap potensi bencana besar yang bisa terjadi kapan saja.


“Kita tidak bisa memprediksi kapan bencana akan datang, tapi kita bisa mempersiapkan diri sebaik mungkin. Rencana kontingensi ini menjadi panduan operasional bagi seluruh pihak agar dapat bertindak cepat, tepat, dan terkoordinasi saat bencana benar-benar terjadi,” tegasnya.


Menurutnya, wilayah Sumatera bagian selatan, termasuk Lampung, memiliki potensi terjadinya gempa megathrust akibat aktivitas subduksi di zona pertemuan lempeng Indo-Australia dan Eurasia. Karena itu, kesiapsiagaan harus menjadi perhatian bersama, tidak hanya oleh Basarnas, tetapi juga oleh pemerintah daerah, aparat keamanan, hingga masyarakat.


“Kita perlu memperkuat kapasitas personel, sarana prasarana, serta sistem komando dan komunikasi dalam setiap operasi SAR. Semua elemen harus saling memahami peran masing-masing,” lanjut Edy.


Kegiatan rapat ini juga mencakup sesi pemaparan teknis mengenai penyusunan skenario tanggap darurat, pemetaan wilayah rawan, penentuan jalur evakuasi, dan penyusunan kebutuhan logistik serta sumber daya manusia yang akan dikerahkan jika terjadi gempa besar.


Sementara itu, Kepala BPBD Provinsi Lampung, Rudy Sjawal Sugiharto, dalam kesempatan yang sama menyampaikan apresiasinya terhadap inisiatif Basarnas dan Kantor SAR Lampung yang menggagas kegiatan lintas sektor ini. Ia menilai langkah tersebut sangat relevan dengan kondisi geografis Lampung yang memiliki banyak daerah pesisir dan padat penduduk.


“Lampung adalah wilayah yang rawan terhadap gempa bumi dan tsunami karena berhadapan langsung dengan Samudra Hindia. Oleh karena itu, kesiapsiagaan lintas instansi sangat penting agar penanganan darurat bencana bisa dilakukan secara cepat, tepat, dan terukur,” ujar Rudy.



Rudy juga menegaskan komitmen BPBD Lampung untuk memperkuat sistem early warning system (peringatan dini) dan edukasi kebencanaan kepada masyarakat, terutama di daerah pesisir seperti Pesisir Barat, Tanggamus, dan Lampung Selatan.


“Kami akan terus berkolaborasi dengan Basarnas, TNI-Polri, dan pemerintah daerah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Edukasi kebencanaan harus dilakukan sejak dini, mulai dari sekolah hingga lingkungan masyarakat. Masyarakat harus tahu bagaimana cara menyelamatkan diri dan membantu orang lain,” tambahnya.


Selain itu, dalam forum tersebut juga dibahas tentang pentingnya penguatan koordinasi antarinstansi dalam hal komando lapangan, sistem informasi bencana, serta mekanisme distribusi bantuan. Para peserta rapat menegaskan bahwa pengalaman dari sejumlah bencana besar sebelumnya menjadi pelajaran penting agar penanganan bencana di masa mendatang bisa lebih efektif dan efisien.


Kepala Kantor SAR Lampung menambahkan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk nyata dari upaya membangun sinergi antara seluruh komponen penanggulangan bencana di Lampung. “Kami ingin memastikan bahwa ketika bencana terjadi, tidak ada kebingungan di lapangan. Setiap pihak tahu apa yang harus dilakukan, kepada siapa berkoordinasi, dan bagaimana prosedur operasionalnya,” ujarnya.


Rapat koordinasi ini diakhiri dengan penyusunan rancangan awal rencana kontingensi yang akan disempurnakan melalui serangkaian diskusi dan simulasi lanjutan. Hasil dari rencana tersebut nantinya akan menjadi pedoman resmi bagi seluruh instansi terkait di Provinsi Lampung dalam menghadapi potensi gempa megathrust dan bencana turunan lainnya seperti tsunami dan likuefaksi.


Dengan tersusunnya rencana kontingensi ini, diharapkan Provinsi Lampung memiliki sistem kesiapsiagaan yang lebih kuat, terpadu, dan responsif, sehingga mampu meminimalkan dampak bencana terhadap masyarakat, infrastruktur, dan lingkungan di masa mendatang.(Salsabila)