lisensi

Minggu, 16 November 2025, November 16, 2025 WIB
Last Updated 2025-11-16T16:05:02Z
HukumJuwndi Leksa Utama Ketua LCW LampungKPM Dalom 1LCW

LCW Minta Pemprov Transparan, KMP Dalom 1 Untuk Siapa?

Advertisement



Bandarlampung (Pikiran Lampung)- Setelah diresmikan melaut pada pekan lalu oleh Guberur Lampung, KMP Dalom 1 atau Dalom Lintas Berjaya mendapatkan tanggapan beragam dari elemen warga Lampung.

 

Salah satunya datang dari Lampung Corruption Watch (LCW). Dimana LCW mendorong Pemerintah Provinsi Lampung untuk membuka secara transparan seluruh proses pengadaan kapal Dalom Lintas Berjaya, yang beroperasi melayani rute Bakauheni–Merak.

 

Ketua LCW, Juendi Leksa Utama, S.H.M.H, menekankan pentingnya keterbukaan informasi dalam proyek pembangunan kapal yang dikerjakan di Tiongkok dengan nilai investasi mencapai Rp170 miliar tersebut.

 

“ Kapal Dalom 1 untuk siapa?, Kami meminta Pemprov menjelaskan secara rinci proses pengadaannya, apakah dilakukan melalui mekanisme lelang terbuka atau penunjukan langsung. Proyek besar seperti ini rawan penyimpangan jika tidak diawasi dengan baik,” ujar Juendi, Ahad (15/11/2025).

 

Selain mekanisme pengadaan, LCW juga mempertanyakan kerja sama antara Pemprov Lampung melalui BUMD PT Lampung Jasa Utama (LJU) dengan PT Damai Lautan Nusantara. Juendi meminta kejelasan terkait pembagian saham dan keuntungan dari proyek tersebut.

 

“Berapa porsi yang diterima Pemprov? Apakah benar-benar menguntungkan untuk daerah? Informasi ini harus disampaikan secara terbuka kepada publik,” tegasnya.

 

Lebih lanjut, Lcw meminta dilakukan audit independen terhadap harga kapal yang disebut mencapai Rp170 miliar. Mereka menilai perlu ada pembandingan spesifikasi kapal dengan harga pasaran untuk memastikan tidak terjadi mark-up atau penggelembungan anggaran.

 

Juendi juga mendesak transparansi dalam penunjukan PT Damai Lautan Nusantara sebagai mitra proyek. “Kami ingin tahu apakah prosesnya melalui tender yang akuntabel dan bebas dari konflik kepentingan,” katanya.

 

Lcw menyoroti pula skema kerja sama build-operate-transfer (BOT) selama 20 tahun yang digunakan dalam proyek ini.

Juendi menekankan bahwa pemerintah daerah harus mengawal dengan ketat agar pendapatan dan pengelolaan aset selama masa kerja sama sesuai dengan nilai investasi dan tidak merugikan daerah.

 

Ia mengingatkan agar Pemprov Lampung belajar dari berbagai kasus pengadaan kapal bermasalah di daerah lain. “Sudah banyak proyek kapal yang berujung gagal, dari mark-up, kapal tak layak pakai, sampai pembagian hasil yang timpang. Jangan ulangi kesalahan yang sama di Lampung,” tandasnya.

 

Lcw menyatakan komitmennya untuk terus mengawal jalannya proyek tersebut dan membuka opsi pelaporan ke BPK atau KPK bila ditemukan indikasi penyimpangan.

 

Untuk diketahui, Pemerintah Provinsi Lampung secara resmi meluncurkan Kapal Motor Penumpang (KMP) Dalom 1 sebagai Kapal Pertama Milik Pemerintah Provinsi Lampung sekaligus moda transportasi baru dalam lintas penyeberangan Sumatra–Jawa, yang berlangsung di Dermaga Eksekutif Bakauheni, Lampung Selatan, Jum'at (14/11/2025). Peresmian ini dilakukan langsung oleh Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal’

Yang ditandai dengan penandatanganan prasasti, dilanjutkan dengan prosesi adat Hitar Lawok yang berlangsung di Dermaga 4.

 

Dengan begitu, kapal yang selama ini munuai kontrovesi tersebut resmi beroperasi atau membelah lautan selat sunda.

 

 

 

Dalam prosesi ini, Gubernur memecahkan kendi di depan ramdoor kapal sebagai simbol keberkahan dan keselamatan pelayaran.

 

 

 

 

Kapal Pertama milik Pemerintah Provinsi Lampung tersebut akan dikelola oleh PT Lampung Jasa Utama (LJU), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) milik Pemerintah Provinsi Lampung, bekerja sama dengan PT Damai Lautan Nusantara.

 

 

 

Kehadiran KMP Dalom 1 diharapkan menjadi langkah strategis dalam memperkuat konektivitas antarwilayah, khususnya pada jalur penyeberangan Bakauheni–Merak yang menjadi pintu gerbang utama Pulau Sumatra.

 

 

 

Dalam sambutannya, Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam pembangunan KMP Dalom 1.

 

 

 

Gubernur Mirza menyampaikan bahwa layanan baru ini merupakan bentuk komitmen pemerintah daerah untuk meningkatkan kualitas transportasi laut, memperkuat konektivitas, serta menghadirkan pelayanan yang lebih inklusif bagi masyarakat Lampung, Sumatra, dan Jawa.

 

 

 

“Lampung telah menjadi pintu gerbang Sumatra selama ratusan tahun. Jalur penyeberangan ini bukan hanya menghubungkan pulau, tetapi juga menghubungkan cerita, pekerjaan, perdagangan, dan masa depan masyarakat,” ujar Gubernur Mirza.

 

 

 

Menurutnya, penyeberangan antara Sumatra dan Jawa telah dimulai sejak 1912 dan berkembang menjadi salah satu rute tersibuk di Indonesia sejak 1981. Jalur ini setiap hari mengangkut berbagai komoditas serta jutaan penumpang dari dua wilayah dengan populasi terbesar di Tanah Air.

 

 

 

Karena itu, Pemerintah Provinsi Lampung menilai bahwa kehadiran armada milik daerah sangat penting, terutama untuk meningkatkan pelayanan bagi masyarakat yang selama ini mengandalkan transportasi laut. Saat ini terdapat sekitar 65 kapal yang beroperasi di lintas Sumatra–Jawa.

 

 

 

“Dari 65 kapal yang beroperasi, kami bersyukur bisa menghadirkan satu kapal untuk masyarakat Lampung. Meski hanya satu, komitmen kami adalah menghadirkan pelayanan terbaik,” ujarnya.

 

 

 

Ia menambahkan bahwa pembangunan layanan ini merupakan hasil kolaborasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN, dan pihak swasta. Pembangunan dilakukan tanpa membebani keuangan daerah sehingga diharapkan dapat menghasilkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) baru.(red)