Advertisement
Lambar (Pikiran Lampun)- Hutan di Lampung saat ini semakin menyusut, hal ini memicu persoaalan serius di Bumi Ruwa Jurai.
Dimana, aktivitas pembukaan atau perambahan lahan secara
ilegal di kawasan hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) menjadi
faktor utama pemicu konflik satwa liar dan manusia di wilayah tersebut.
Kepala Balai Besar TNBBS, Hifzon Zawahiri dalam keterangan
yang diterima di Lampung, Rabu (28/5/2025), mengatakan aktivitas perambahan
liar merupakan pemicu utama konflik satwa dan manusia yang sering terjadi di
Lampung Barat.
"Setiap pembukaan lahan ilegal mempersempit ruang
hidup satwa liar dan meningkatkan risiko interaksi yang berbahaya. Ini bukan
lagi sekadar pelanggaran hukum, tapi juga ancaman nyata bagi keselamatan
manusia," kata dia.
Menurutnya, sejak Februari 2024 hingga Januari 2025,
tercatat lima kasus konflik harimau dan manusia di Kabupaten Lampung Barat,
dengan korban empat orang meninggal dunia dan satu terluka.
Terjadinya peristiwa konflik harimau dan manusia yang
menimpa Sudarso (59), seorang perambah ilegal asal Kabupaten Grobogan, Jawa
Tengah, menambah daftar panjang kasus manusia dimangsa harimau sumatera di
Lampung Barat.
Ia mengatakan Sudarso ditemukan tewas mengenaskan pada
Selasa (27/5) pukul 09.00 WIB di dekat gubuk miliknya yang berada di zona
rehabilitasi kawasan konservasi. Hingga saat ini kematian korban diduga menjadi
sasaran serangan harimau sumatera yang habitatnya terusik akibat pembukaan
lahan ilegal.
"Jasad korban ditemukan warga dalam kondisi
mengenaskan di semak-semak sekitar 50 meter dari gubuk tempat tinggalnya di
Pekon (Desa) Sukadamai, Kecamatan Air Hitam, Lampung Barat. Dari tubuh korban,
hanya bagian kepala yang tersisa. Identitas Sudarso dikenali dari potongan
pakaian yang ia kenakan," ujarnya.
Atas peristiwa itu, Balai Besar TNBBS terus berupaya
melakukan patroli kawasan, pemasangan camera trap untuk pemantauan satwa, serta
meningkatkan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat sekitar tentang bahaya
dan dampak dari aktivitas perambahan.
"Warga sekitar juga menyuarakan keresahan atas
kejadian ini dan meminta agar pengawasan di kawasan TNBBS diperketat. Mereka menilai
pembiaran terhadap perambahan hanya akan memperbesar potensi konflik di masa
depan," ucapnya.(ant/p1)