Advertisement
Jakarta (Pikiran Lampung) – Penantian 1,4 Milyar umat Katalik di dunia tentang sosok pemimpin baru tatah suci Vatikan akhirnya terjawab.
Dimana, nama Robert Francis Prevost Kardinal Peru
diumumkan sebagai Paus baru Gereja Katolik, pasca wafatnya Paus Fransiskus pada
21 April 2025.
Prevost pertama kali diperkenalkan kepada dunia dengan
nama yang ia pilih, Paus Leo XIV, dari loggia Basilika Santo Petrus, Vatikan,
Kamis (8/5).
Ia terpilih sebagai Paus ke-267 melalui proses konklaf
kepausan yang mencakup pemungutan suara, oleh 133 kardinal elektor.
“Damai sejahtera bagi kamu semua” adalah kalimat pertama
yang dia sampaikan dari balkon tengah basilika yang menghadap ke Lapangan Santo
Petrus.
Kardinal Robert Prevost (69), yang kemudian akan disapa
Leo XIV, adalah Paus pertama yang berasal dari Amerika Serikat sekaligus Paus
pertama dari Ordo Santo Agustinus.
Lahir di Chicago pada 14 September 1955 dari pasangan
Louis Marius Prevost (keturunan Prancis dan Italia) dan Mildred Martínez
(keturunan Spanyol), ia resmi ditahbiskan sebagai imam pada Juni 1982.
Pria yang mempelajari matematika, filsafat, dan teologi
itu menjalani sebagian besar karirnya sebagai misionaris di Peru.
Prevost bahkan memiliki kewarganegaraan Peru, karena
perhatiannya yang besar terhadap kaum terpinggirkan dan migran di negara
Amerika Latin tersebut.
Prevost bergabung dengan misi Agustinian di Peru pada 1985
dan menjabat sebagai kanselir Prelatur Teritorial Chulucanas dari 1985 hingga
1986.
Pada 1987 hingga 1988, ia bertugas di Amerika Serikat
sebagai pastor panggilan dan direktur misi untuk Provinsi Agustinian Chicago
sebelum kembali ke Peru, di mana dia menghabiskan sepuluh tahun hidupnya untuk
memimpin seminari Agustinian di Trujillo, Peru, dan mengajar Hukum Kanonik di
seminari keuskupan, di mana ia juga menjadi prefek atau kepala studi.
Pada 1999, ia kembali ke Chicago dan terpilih sebagai
prior dari provinsi “Mother of Good Counsel” di keuskupan agung tersebut. Dua
setengah tahun kemudian, ia terpilih sebagai prior jenderal Konsili Agustinian
dan menjabat dua periode hingga 2013.
Pada 2014, ia kembali ke Peru saat Paus Fransiskus
mengangkatnya sebagai administrator apostolik Keuskupan Chiclayo.
Prevost diangkat menjadi Uskup Chiclayo pada 2015. Selama
di sana, ia juga menjabat sebagai wakil presiden dan anggota dewan tetap
Konferensi Waligereja Peru dari 2018 hingga 2023.
Selama masa itu, para uskup Peru dilaporkan memainkan
peran penting dalam memastikan stabilitas kelembagaan selama krisis politik
yang menyebabkan penggulingan presiden berturut-turut.
Pada 2020 dan 2021, Prevost menjabat sebagai administrator
apostolik Callao, Peru.
Paus Fransiskus mengangkat Prevost sebagai prefek
Dikasteri untuk Para Uskup serta Presiden Komisi Kepausan untuk Amerika Latin.
Ia dikenal baik oleh para kardinal karena perannya yang menonjol untuk memilih
dan mengawasi para uskup.
Pada Januari 2023, ia menjadi uskup agung dan beberapa
bulan kemudian Paus Fransiskus mengangkatnya menjadi kardinal.
Dalam pidato pertamanya, Paus Leo XIV mengenang pesan
mendiang Fransiskus yang disampaikan pada Misa Paskah 20 April lalu—hanya
berselang sehari sebelum Fransiskus wafat.
Terutama tentang kemanusian dan perdamaan dunia. Dia
disebut-sebut akan mendukung keberlanjutan reformasi yang diinisiasi mendiang
Paus Fransiskus, untuk Gereja Katolik.
Ia dilaporkan memiliki pandangan yang sama dengan
Fransiskus mengenai isu lingkungan serta keberpihakan kepada kaum miskin dan
migran.
Dia pun disebut mendukung perubahan praktik pastoral
mendiang Fransiskus, yang mengizinkan umat Katolik yang bercerai atau menikah
lagi secara sipil untuk menerima komuni kudus.
Meskipun begitu, ia tampaknya tidak akan meneruskan
keterbukaan yang ditunjukkan Paus Fransiskus kepada komunitas LGBTQ.
Dalam rekam jejaknya, Prevost juga menghadapi skandal
pelecehan seksual yang dilakukan oleh para imam Katolik—masing-masing di
Chicago (1999-2001) dan Chiclayo, Peru (2022)—meskipun ia telah dibela dalam
kedua kasus tersebut.
Para pendukung Prevost menyatakan ia tak bersalah dan
bahwa kedua kasus itu telah dilaporkan secara tidak akurat dan tidak adil oleh
media.
Meskipun ia orang Amerika dan akan sepenuhnya menyadari
perpecahan dalam Gereja Katolik, latar belakangnya dengan lama melayani di
Amerika Latin juga merupakan napak tilas dari kehidupan Paus Fransiskus yang
berasal dari Argentina.
Moto episkopal yang terus dipegang Prevost adalah “In Illo
uno unum”—kata-kata yang diucapkan oleh Santo Agustinus dalam khotbahnya
tentang Mazmur 127 untuk menjelaskan bahwa “meskipun kita orang Kristen banyak,
dalam satu Kristus kita adalah satu.”
Pesan persatuan itu pula yang kembali ditegaskannya dalam
pidatonya, dengan mengajak umat beriman membangun Gereja misionaris, menjadi
jembatan dan dialog, serta selalu menerima semua orang dengan tangan terbuka.
“Seperti alun-alun (Santo Petrus) ini, terbuka bagi semua
yang membutuhkan kasih, dialog, dan kehadiran kita,” ujarnya.
Kini, dunia akan mengikuti bagaimana Paus Leo XIV memimpin
1,4 miliar umat Katolik, menjadi teladan perdamaian dan kemanusiaan.