Pesawaran (Pikiran Lampung)-Pembangunan proyek jalan onderlag dari Dinas Pertanian dan Peternakan Pesawaran dinilai amburadul. Akibatnya, masyarakat ngeluh, dan berharap pekerjaan yang tidak beres dapat di bongkar ulang untuk perbaikan.

Hal itu di katakan oleh, salah seorang tokoh maayarakat Desa Sukajaya  Kecamatan Waykhilau Kabupaten Pesawaran. "Ya ini kerjaan ga beres mas,  kerjaan belum rampung dianggap selesai oleh pemborong nya," ujar warga yang enggan namanya ditulis ini, kemarin.

Tak hanya itu, saja pekerjaan Jalan Usaha Tani ( Jitut). Yang digelontarkan oleh Pemerintah Pesawaran, melalui Dinas terkait, menyisakan permasalahan besar, bagaimana tidak? Bukanya dimudahkan ada nya pembangunan onderlag nambah sulit untuk dilalui kendaraan motor dan pejalan kaki.

Panjang Jitut  496 Meter. Dimana pembangunan jalan tersebut dibagi dua titik atau dua tempat.  149,6 Meter lebar 2,5 Meter. Di bangun di Dusun Karya Jaya Desa Sukaja. Sedangkan,  Panjang 350 meter lebar sama.  Dibangunkan di Dusun 4 Desa yang sama. Pembangunan Jitut tersebut juga dibangun dua gorong-gorong kecil. 

Selain batu dipasang tidak berdiri, hamparan pasir juga tidak didapat pada badan jalan. Kondisinya saat ini, amburadul jangankan motor pejalan kaki saja sulit bila melintasi jalan Jitut tersebut.

"Saya berharap dapat kiranya Dinas terkait membongkar jalan yang baru di bangun. Dan kami masyarakat, sanagat tidak berharap pekerjaan seperti ini,"jelas warga setempat. 

"Ketika itu juga. Toni yang mengaku rekanan pernah mau ribut sama pemuda desa nyarir baku hantam. Wols yang di gunakan juga tidak sesuai dan kami minta di bongkar untuk di perbaiki," pintanya.

Sementara itu, Toni yang mengaku sebagai rekanan tersebut mengakui bila hamparan pasir pada badan jalan tidak diberi, karena diakuinya merupakan kerjaan PL. 

Disayangkan Hermanto selaku PPTK Dinas Pertanian dan Peternakan terkesan memuluskan pekerjaan amburadul tersebut.

"Ya bila pekerjaan ini tidak benar, dan BPKP turun maka kami akan persilahkan untuk di persoalkan," katnaya di Lokasi pembangunan,"jelasnya.

Selain itu, juga diakaui pekerja tidak mengetahui rap atau gambar. Sehingga berkerja di duga asal jadi. 

"Kita tegas, akan meminta rekanan untuk memperbaiki agar tidak mendapat komplin dari masyarakaat. 

Meskipun tidak diketahui palang papan nama namun di sayangkan, informasi yang di dapat besaran anggran tersebut capai Rp. 180.000,000, lebih,"jelasnya. 

Sementara itu, informasi yang berhasil di himpun wartawan ini, menyebutkan ada sejumlah kelompok tani yang sengaja di berikan pekerjaan swakelola namun tidak sesuai dengan harapan dan perjanjian awal. 

Dimana, menurut sumber yang enggan di tulis ada salah satu kelompok tani memperoleh anggran sebesar Rp. 200.000.000  dan untuk mengerjakan pekerjaan fisik. Tetapi ketika sudah selesai oleh oknum Dinas justru anggran dari pagu hanya di serahkan 40 % sedangkan sisanya 60 % tidak di realisasikan.

"Benar ada salah satu ketua kelompok tani. Yang sebelumnya menerima dan teken kontrak dengan pihak Dinas akan memperoleh anggaran sebesar 200 juta lebih tetapi hanya di berikan 40 % sedangkan sisanya 60 % hingga kini tak kunjung turun. Atau masuk ke rekening kelompok tani," ujar warga yang tidak mau namanya di sebut. ( Agung/feri)

Post A Comment: