salah satu tokoh pemuda dan adat Lampung Abung Nunyai, Anton M, Gelar Pengiran Imam Ratu saat berziarah di Makam Minak Tri Diso belum lama ini. foto ist/Pikiran Lampung
Bandarlampung- Dinilai kurang terawat dan terjaga, situs makam Minak Trio Diso dan keluarga terancam hilang. Berdasarkan dari sejarah lisan dan tambo kuno, Minak Trio Diso merupakan leluhur (apeu tuyuk) dari orang Lampung Abung, khususnya dari Marga Nunyai (buay). Makam Minak Trio Diso atau Nunyai dan salah satu istrinya yang bernama Rajo Lemaweng tersebut, terletak di Desa Skipi Kecamatan Abung Tinggi, Kabupaten Lampung Utara.
 Saat ini, selain kurang terawat, makam atau keramat yang bernilai sejarah tinggi tersebut terancam hilang. Menurut salah seorang tokoh pemuda dan tokoh adat masyarakat Abung Marga Nunyai,  Purnia Riyo Patikeratoen gelar Suttan Guru Adat, salah satu indikasinya, di sekitar makam Minak Trio Diso dan Minak Rajo Lemaweng atau Rindang Sedayu telah ada tambang batu.
“Saat ini sekitar keramat Minak Trio Diso atau gelarnya Nunyai, telah ada tambang batu milik warga. Kalau tambang batu ini terus dijalankan, maka akan menggerus tanah dan bukit di sekitar makam,”jelasnya, belum lama ini. Padahal, lanjutnya, situs ini merupakan warisan sejarah yang wajib dilindungi. Bukan hanya oleh anak cucu orang Lampung, tapi juga oleh pemerintah daerah dan pusat.
“Kalau ini terus dibiarkan, maka tidak menutup kemungkinan salah satu warisan sejarah ini akan hilang ditelan bumi,”ujar Purnia yang diaminkan oleh tokoh pemuda dan adat lainnya, Jordan gelar Suttan Pusitter Adat,  Anton M gelar Pengiran Imam Ratu  dan Serda Wiraganda gelar Ratu Perdana.
Selain tambang batu,menurut para tokoh adat dan pemuda Lampung Abung dari Desa Cahaya Negeri Kecamatan Abung Barat ini, di sekitar situs tersebut juga tanahnya sudah tergarap oleh warga. Baik untuk sawah maupun kebun kopi. “Nah kalau ini ga kita jaga, lama-lama makan ini akan tergusur dan dijadikan lahan pertanian juga. Kalau ini sampai terjadi maka sejarah orang Lampung Abung khususnya Marga Nunyai akan hilang,”tegas Anton M, gelar Pengiran Imam Ratu. Dan itu bearti, lanjutnya,  akan hilang juga salah satu sejarah dan paradaban salah satu suku di Indonesia. 

Para tokoh adat dan pemuda Abung ini meminta kepada semua pihak terutama pemerintah daerah Lampung Utara dan Provinsi Lampung agar lebih memperhatikan cagar budaya situs Keramat Minak Trio Diso ini.”Kami minta perhatian dari pemerintah, karena ini merupakan salah satu asset budaya dan pariwisata yang sangat penting dan harus terus dijaga,”tegas Jordan, Gelar suttan Pesiiter Adat. Kepada para generasi muda Lampung, khususnya generasi Lampung Abung, agar dapat lebih perduli terhadap kelestarian serta keberadaan Situs Keramat Minak Trio Diso ini.
Para tokoh adat Lampung Abung Marga Nunyai, Anton M, Purnia, dan Jordan saat berziarah ke Canguk Gattcak komplek makam Minak Tri Diso. Foto Ist/Pikiran Lampung.

Berdasarkan tradisi sejarah lisan, paling tidak terdapat dua lokasi pemukiman masyarakat sebagai ibukota keratuan yaitu Canguk Gaccak sebagai ibukota Keratuan di Puncak (Warganegara, 1994: 6) dan Pugung sebagai ibukota Keratuan di Pugung yang dipimpin Ratu Galuh (Melinting, 1988: 14). Situs Canguk Gaccak berada di Kampung Sekipi, Kecamatan Abung Tinggi, Lampung Utara (Tim Penelitian, 2006). Situs Canguk Gaccak berada di tepi Way Abung, yang merupakan anak Way Rarem. Di sebelah utara sungai terdapat lahan yang dibatasi sungai alam serta parit dan benteng tanah buatan. Parit dan benteng tanah berada di bagian timur, melintang dengan orientasi utara – selatan menghubungkan dua aliran sungai. Di bagian dalam lahan terdapat kompleks dolmen, batu melingkar (stone enclouser), dan menhir terdiri dua belas kelompok. Pada lahan yang berada di sebelah selatan sungai terdapat kompleks makam terdiri dua kelompok. Kelompok makam pertama berada pada lahan di tepi sawah. Tokoh utama yang dimakamkan adalah Minak Raja Di Lawuk, berada di bagian paling timur. Kondisi makam yang terlihat sekarang tidak dilengkapi jirat. Batas makam berupa jajaran batu andesitik. Nisan makam merupakan tipe Aceh berbentuk gada dari bahan batuan granodiorit. Di bagian paling barat terdapat makam Paksi Tuan Guru. Tokoh ini merupakan keturunan Minak Trio Diso. Kelompok makam kedua berada di sebelah barat kelompok makam pertama. Kelompok makam berada pada lahan setinggi sekitar 3 m dari permukaan lahan sawah. Pada tangga masuk sebelah timur menuju makam terdapat batu berdiameter sekitar 25 cm. Batu tersebut merupakan lambang kepala Minak Raja Di Lawuk, yang harus diinjak oleh keturunan Minak Trio Diso ketika akan berziarah. Pada kompleks makam terdapat tiga makam. Makam paling timur merupakan makam Minak Dara Putih atau Hyang Mudo, makam yang ditengah merupakan makam Minak Trio Diso, dan yang di utara adalah makam Syekh Abdurrahman. Cerita rakyat daerah Lampung tentang Kisah Betan Subing menyebutkan bahwa Minak Raja Di Lawuk adalah tokoh yang berhasil mengalahkan Datu Di Puncak. Minak Raja Di Lawuk kemudian dikalahkan oleh Betan Subing, salah satu anak Datu Di Puncak.

Untuk mengembalikan kehormatan Datu Di Puncak, kepala Minak Raja Di Lawuk dikubur di tengah jalan yang dilalui orang jika akan ke makam Datu Di Puncak, yaitu antara tepi sungai dengan makam Datu Di Puncak (Imron dan Iskandarsyah, 2002: 20 - 46). Apabila mengacu pada cerita ini maka tokoh utama yang dimakamkan di kompleks ini adalah Datu Di Puncak. Di sebelah tenggara kompleks makam Minak Trio Diso berjarak sekitar 300 m terdapat bukit kecil yang dinamakan Gunung Rimba Bekasan. Di atas bukit terdapat lahan seluas sekitar 1 ha yang dikelilingi parit dan sungai. Parit di sisi timur lebarnya sekitar 50 cm.

Parit di sisi selatan lebarnya sekitar 10 m dengan kedalaman sekitar 6 m. Sisi barat dan utara merupakan aliran sungai Pasuut yang merupakan anak Way Abung. Pada lahan yang dikelilingi parit dan sungai, terdapat makam keramat berorientasi barat laut – tenggara. Tokoh yang dimakamkan terdiri dari Minak Dara Putih (barat daya), Rendang Sedayu (tengah), dan Minak Munggah Di Abung (timur laut). Rendang Sedayu dikenal sebagai salah satu isteri Minak Trio Diso. Tokoh ini juga dikenal dengan sebutan Raja Lemaung. Ketiga makam tersebut tidak dilengkapi jirat. Nisan sebagai penanda makam berbentuk pipih dan beberapa kumpulan batu.(wawan/dari berbagai sumber) 




Post A Comment: