Timnas U19. foto ist |
Jakarta – Sejumlah kalangan menilai timnas U19 belum layak
untuk bertanding di level Asia. Sebab, hingga kini Timnas dinilai masih jalan
di tempat.
Hal ini bisa
dilihat dari kegagalan di Piala AFF 2017 di Myanmar tidak membuat Timnas Indonesia U-19 bangkit. Lantas,
tim asuhan Indra Sjafri itu malah jeblok di kualifikasi Piala Asia U-19 2018 di
Paju, Korea Selatan.
Berikut
analisa dan pandangan dari wartawan senior Windi Wicaksono seperti dikutif dari
laman liputan6.com.
Timnas
Indonesia U-19 hanya menang atas tim yang di atas kertas bisa
diatasi seperti Brunei Darussalam dan Timor Leste. Akan tetapi, ketika bertemu
lawan seperti Korea Selatan dan Malaysia, tim berjulukan Garuda Nusantara tak
berkutik.
Melawan Korsel, Egy Maulana Vikri dan kawan-kawan
kalah 4-0. Sementara ketika berhadapan dengan Malaysia, Timnas Indonesia U-19
juga takluk dengan skor mencolok 4-1.
Dengan dua kekalahan itu, Indonesia tidak dapat
menempati posisi runner up Grup F, tetapi tetap lolos ke
putaran final Piala Asia U-19 2018, karena berstatus tuan rumah. Bayangkan jika
bukan tuan rumah, Timnas Indonesia U-19 harus absen di
Piala Asia tahun depan.
Fakta ini membuat pandangan tim asuhan Indra Sjafri
itu tidak kompetitif di turnamen tersebut. Apalagi lawan-lawan di Piala Asia
bukan lagi Brunei Darussalam atau Timor Leste, tapi Jepang, Korsel, Australia,
Arab Saudi, Iran, hingga Uzbekistan yang levelnya lebih tinggi.
Pemain Indonesia U-19 menyanyikan lagu Indonesia
Raya saat bertanding melawan Korea Selatan (Korsel) pada kualifikasi Piala Asia
U-19 2018 di Stadion Paju, Sabtu (4/11/2017). Korsel menang 4-0 atas Indonesia.
(AFP/Kim Doo-Ho)
Indra Sjafri
tidak bisa membuktikan diri timnya pantas bermain di Piala Asia U-19 2018.
Dengan serentetan hasil kurang mengesankan itu, sudah berkembang kah Garuda
Nusantara di bawah asuhan Indra Sjafri?
Taktik yang diterapkan Indra Sjafri tidak dapat
dijalankan maksimal oleh anak-anak asuhannya. Lini pertahanan sangat longgar dan
kerap kewalahan menghadapi serangan balik lawan.
Lini depan Timnas Indonesia U-19 juga banyak
mengandalkan kemampuan individu, khususnya Egy Maulana Vikri. Satu-satunya gol
ke gawang Malaysia juga bukan hasil kerjasama tim.
Pelatih
Timnas Indonesia U-19, Indra Sjafri (kanan) berdiri dengan staf timnya sebelum
bertanding pertandingan melawan Korea Selatan pada laga ketiga kualifikasi
Piala Asia U-19 2018 di Paju Public Stadium, Korsel (4/11). (AFP Photo/Kim
Doo-Ho)
Padahal,
Timnas Indonesia U-19 sudah menjalani serangkaian uji coba, termasuk di Toulon
Tournament, Prancis pada Juni 2017. Hingga selesai kualifikasi Piala Asia U-19,
tidak tampak progres signifikan dari Garuda Nusantara bila dilihat dari hasil
kontra tim-tim yang levelnya setara atau lebih tinggi.
Pencinta Timnas Indonesia U-19 tentu tidak ingin
pasukan Indra Sjafri menjadi bulan-bulanan di Piala Asia U-19 2018. Pembenahan
dan perombakan besar-besaran perlu dilakukan jika mereka ingin tampil sesuai
ekspektasi banyak orang.
Masih ada waktu setahun untuk Indra Sjafri memperbaiki
kekurangan tim besutannya. Apalagi masih ada promosi-degradasi pemain di skuat
Timnas Indonesia U-19 sehingga Indra Sjafri masih punya waktu mendapatkan
komposisi terbaik untuk timnya. (lp6)
Post A Comment: