Diah Mutiara Sukmawati Sukarnoputri. foto ist 
Jakarta- Walaupun menuai kontroversi, karena diduga telah menyindir atau menghina umat muslimat Indonesia melalui puisi, namun Sukmawati hingga saat ini masih ogah menyampaikan permintaan maaf.

Dalam penjelasannya yang dikutif dari Detik.com, Sukmawati menyebutkan bahwa puisi tersebut adalah gambaran realita yang ada di Indonesia.
Adik Kandung Ketua Umum PDIP, Megawati  tersebut mengatakan, apa yang disampaikannya adalah pendapat pribadi sebagai budayawan. Menurut Sukmawati, tidak ada isu SARA sama sekali dalam puisi yang dibawakannya.

"Saya nggak ada SARA-nya. Di dalam saya mengarang puisi. Saya sebagai budayawati berperan bukan hanya sebagai Sukmawati saja, namun saya menyelami, menghayati, khususnya ibu-ibu di beberapa daerah. Ada yang banyak tidak mengerti syariat Islam seperti di Indonesia timur di Bali dan daerah lain," kata Sukmawati saat dihubungi terpisah.

Menurut Sukmawati, puisi yang ditulisnya menggambarkan realitas di Indonesia. Sebagai seorang budayawati, Sukmawati mengaku menyelami pikiran rakyat dari berbagai daerah.

"Lho Itu suatu realita, ini tentang Indonesia. Saya nggak ada SARA-nya. Di dalam puisi itu, saya mengarang cerita. Mengarang puisi itu seperti mengarang cerita. Saya budayawati, saya menyelami bagaimana pikiran dari rakyat di beberapa daerah yang memang tidak mengerti syariat Islam, seperti di Indonesia timur, di Bali, dan daerah lain," ujarnya.

Sukmawati mengatakan apa yang dia sampaikan dalam puisi itu merupakan pendapatnya secara jujur. Sukmawati lalu bicara soal tuduhan pembanding-bandingan azan dengan Kidung Ibu Indonesia yang dipersoalkan Kapitra.

"Soal kidung ibu pertiwi Indonesia lebih indah dari alunan azanmu, ya bolehaja dong. Nggak selalu orang yang mengalunkan azan itu suaranya merdu. Itu suatu kenyataan. Ini kan seni suara ya. Dan kebetulan yang menempel di kuping saya adalah alunan ibu-ibu bersenandung, itu kok merdu. Itu kan suatu opini saya sebagai budayawati," ujar Sukmawati.

"Jadi ya silakan orang-orang yang melakukan tugas untuk berazan pilihlah yang suaranya merdu, enak didengar. Sebagai panggilan waktu untuk salat. Kalau tidak ada, akhirnya di kuping kita kan terdengar yang tidak merdu,"pungkas.
Puisi itu dibacakan Sukmawati dalam acara '29 Tahun Anne Avantie Berkarya' di Indonesia Fashion Week 2018. Video pembacaan puisi itu lalu beredar dan ramai dibahas. Bahkan, banyak warganet maupun warga awam yang menghujat dan mengecam puisi tersebut.

Salah satu yang mempersoalkan puisi itu adalah pengurus Persaudaraan Alumni 212, Kapitra Ampera. Menurut Kapitra, Sukmawati tidak seharusnya membanding-bandingkan azan dengan kidung Pancasila.
"Jangan banding-bandingkan azan. Azan itu panggilan ibadah," tutur Kapitra kepada wartawan, Senin (2/4/2018).

Sementara itu terpisah, Ustaz Yusuf Mansur sedikit menyinggung soal isi puisi Sukmawati Sukarnoputri yang menyindir adzan dan berbagai simbol Islam, dan membandingkan dengan kidung. Melalui akun instagramnya ketika dikonfirmasi wartawan soal puisi Sukmawati, Yusuf Mansur mengingatkan lewat postingan 'Belajar Azan bagian 1 sampai 13'.
"Tidak ada yang lebih indah dari suara adzan, demi Allah. Gak mungkin kita gak bergerak dan bergetar kalau kita mengetahui (maknanya) itulah azan," ujar Ustaz Yusuf Mansur, Senin (2/4) waktu Istambul.
Soal orang Muslim yang membandingkan adzan lebih buruk dengan perbandingan lain, menurut dia, barangkali banyak orang yang tidak tahu ketika diperdengarkan adzan.
"Sebenarnya siapa sih yang sedang diperkenalkan (dengan adzan) itu. Jadi ya wajar juga, itu tanggung jawab kita memperkenalkan. Banyak juga kok di antara kita acuh tak acuh (saat mendengar adzan). Ini jadi peringatan dari Allah SWT," tutur Ustaz Yusuf Mansur.
Bayangkan bila seorang raja, presiden, gubernur atau wali kota datang. Ketika disebut dan dipanggil namanya saja semua orang siap-siap. Dari yang posisi santai ke posisi tegap. Ini karena diperdengarkan nama sang raja, presiden, gubernur atau walikota.

"Inikan adzan, kita mendengar dan diperdengarkan nama Allah SWT langsung, gitu kan. Harusnya kita bangun, bergerak dan menyongsong. Tapi emang kitanya yang lalai sih."
Orang sering mendengar adzan tapi tidak tergerak, tidak bergetar. "Jadi ini disentil sama Allah, ketika suara adzan diperdengarkan belajar deh. Allahu Akbar.. Allahu Akbar. Nangis kita kalau tahu mah asli," katanya.
Pemilik bisnis Paytren ini, menegaskan adzan adalah bentuk satu komitmen sikap, kesepakatan dan prinsip. "Allah Maha Besar.. Allah Maha Besar, tidak ada lagi yang lebih besar dari pada urusan Engkau. Karena itu kita harus sambut, maka belajar terus memahami adzan, Insya Allah."
Dengan memahami betul suara dan makna adzan tersebut, menurut Yusuf Mansur, sebenarnya Allah seperti mengingatkan tentang komitmen Mulsim. Bahwa benar tidak ada yang lebih besar daripada Allah SWT dengan segala perintahnya, urusannya, suruhannya. Sehingga dengan adzan itu ditinggalkan semua urusan dunia, karena tidak ada yang lebih penting.
"Bismillah kita perbaiki, anggap saja ini hikmah dari Allah SWT supaya bisa dinasehatin, bisa diperingatin," ujarnya.
Di bagian belajar azan bagian 11, Yusuf Mansur mengingatkan agar tidak mancing kemarahan, kebencian, kekesalan dan emosi, perseteruan dan permusuhan.."
Kepada umat Islam ustaz Yusuf Mansur berharap tetap adem, positif, kalem, segera kembalikan kepada Allah SWT, apapun. Tapi tetap berjuang, berzikir dan berdoa, terus memperbaiki diri dan memperbaiki orang lain.
Seolah ingin mengkonter tanpa marah, Ustaz Yusuf mansur berharap pesan Instagram-nya soal adzan dengan 13 bagian ini bisa menjadi hikmah, ilmu dan tetap memberi rasa positif bagi umat Islam.

"Setiap kejadian pahami sebagai pesan dari Allah SWT, sebagai peringatanNya. Sebagai nasihat dariNya, Isya Allah kita tetap adem, hati dan pikiran kita," tutup Ustaz Yusuf Mansur dalam instagramnya 'belajar azan bagian 13'.(detik.com/ Republika/p1)

Berikut puisi Sukma:
 
Ibu Indonesia


Aku tak tahu Syariat Islam
Yang kutahu sari konde ibu Indonesia sangatlah indah
Lebih cantik dari cadar dirimu
Gerai tekukan rambutnya suci
Sesuci kain pembungkus ujudmu
Rasa ciptanya sangatlah beraneka
Menyatu dengan kodrat alam sekitar
Jari jemarinya berbau getah hutan
Peluh tersentuh angin laut

Lihatlah ibu Indonesia
Saat penglihatanmu semakin asing
Supaya kau dapat mengingat 
Kecantikan asli dari bangsamu
Jika kau ingin menjadi cantik, sehat, berbudi, dan kreatif
Selamat datang di duniaku, bumi Ibu Indonesia

Aku tak tahu syariat Islam
Yang kutahu suara kidung Ibu Indonesia, sangatlah elok
Lebih merdu dari alunan adzan mu
Gemulai gerak tarinya adalah ibadah
Semurni irama puja kepada Illahi
Nafas doanya berpadu cipta
Helai demi helai benang tertenun
Lelehan demi lelehan damar mengalun
Canting menggores ayat ayat alam surgawi

Pandanglah Ibu Indonesia
Saat pandanganmu semakin pudar
Supaya kau dapat mengetahui kemolekan sejati dari bangsamu
Sudah sejak dahulu kala riwayat bangsa beradab ini cinta dan hormat kepada ibu Indonesia dan kaumnya. 

Post A Comment: