Lamsel (Pikiran Lampung)-
Bagi warga Lampung Selatan, terutama nelayan yang biasa mencari ikan di sekitar perairan selat sunda dan sekitarnya, diminta terus waspada.

Sebab, Gunung Anak Krakatau yang berada di perairan Selat Sunda, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, kembali batuk alias erupsi  pada Selasa (28/11/2023] pukul 11.38 WIB.  dngan tinggi kolom abu teramati sekitar 800 meter di atas puncak atau sekitar 957 meter di atas permukaan laut.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melaporkan bahwa erupsi tersebut terjadi pada Selasa tanggal 28 November 2023, pukul 11.38 WIB.

Erupsi itu terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 60 milimeter dan durasi lebih kurang 33 detik.

Kolom abu teramati berwarna kelabu hingga hitam dengan intensitas tebal ke arah utara laut.

Salah satu warga Desa Pulau Sebesi, Kecamatan Rajabasa, Angga Irawan, mengatakan dirinya bersama warga sudah terbiasa dengan suara dentuman gemuruh dari Gunung Anak Krakatau.

"Udah biasa kami bang, dengan suara-suara dentuman gemuruh Krakatau, tapi ya kami di Pulau Sebesi ini tetap selalu waspada," kata Angga.

Kepala Pos Pantau Gunung Anak Krakatau di Hargopancuran, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, Andi Suardi, mengatakan pemukiman terdekat dari Gunung Anak Krakatau berada pada Pulau Sebesi yang berjarak 16,5 kilometer.

Andi mengimbau masyarakat dan nelayan untuk tidak mendekati kawasan Gunung Anak Krakatau pada radius lima kilometer.

"Saat ini Gunung Anak Krakatau berada pada level III, siaga, dengan rekomendasi masyarakat, nelayan, pendaki gunung, tidak mendekati gunung dengan radius lima kilometer," katanya.

Untuk diketahui Gunung Anak Krakatau telah mengalami erupsi sebanyak 21 kali terhitung sejak tanggal 26 pagi sampai dengan 28 November 2023 pagi.

Terpisah, pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengimbau nelayan agar tidak mendarat di Pulau Anak Krakatau agar terhindar dari lontaran material pijar yang dapat mencapai garis pantai pulau tersebut.

"Kami mengimbau aktivitas pelayaran dan nelayan tidak mendarat di Pulau Anak Krakatau dan berada dalam jarak lebih dari lima kilometer dari pusat erupsi," kata Ketua Tim Kerja Gunung Api PVMBG Ahmad Basuki saat dihubungi di Jakarta, Selasa.

Sepanjang hari ini periode pukul 00.00 hingga 14.45 WIB, PVMBG melaporkan jumlah letusan Gunung Anak Krakatau yang tercatat sebanyak tujuh kali dengan tinggi kolom abu bervariasi antara 500 sampai 2.000 meter di atas puncak gunung api di Selat Sunda tersebut.

Pada 27 November 2023, periode pukul 00.00 WIB sampai 24.00 WIB, PVMBG mencatat ada 60 kali gempa letusan dengan amplitudo 28-85 milimeter dan lama gempa 7-125 detik.

Kemudian, ada 46 kali gempa harmonik dengan amplitudo 12-75 milimeter dan lama gempa 16-532 detik, 21 kali gempa frekuensi rendah dengan amplitudo 10-54 milimeter dan lama gempa 3-11 detik, lima kali gempa fase banyak dengan amplitudo 20-39 milimeter dam lama gempa 5-11 detik, serta empat kali gempa tremor menerus dengan amplitudo 1-45 milimeter.

Ahmad mengungkapkan karakteristik Gunung Anak Krakatau umumnya setelah terjadi peningkatan kegempaan yang signifikan akan diikuti oleh erupsi dalam selang beberapa hari hingga satu bulan berikutnya.

Hal tersebut merupakan karakteristik Gunung Anak Krakatau dalam beberapa tahun ini setelah terjadi erupsi yang menyebabkan tsunami pada Desember 2018.(ant/pl)

 

 

Post A Comment: