Bandarlampung-Peringati Haul Gusdur Ke-8 Kelompok Studi Kader (Klasika) kembali menggelar 'DialoKlasika' dengan tema "Membumikan Islam Ramah, Islam Nusantara" menghadirkan narasumber Nur Khalik Ridwan (Aktivis dan Penulis), Ahmad Baso (Intelektual NU), dan Alissa Wahid (Putri Gusdur dan Ketua Jaringan Gusdurian) pada 9 dan 23 Desember 2017 serta 6 Januari 2018 bertempat di Rumah Ideologi Klasika, Jl. Sentot Alibvasa, Gg. Pembangunan E/A5 No.121, Sukarame,Bandarlampung.

Een Riansah, Koordinator Klasika saat ngopi bareng bersama media pada Rabu,(5/12) mengatakan kegiatan ini menyambut Haul Gusdur Ke-8 sebagai kelanjutan dari kegiatan sebelumnya.

"Pada edisi sebelumnya, Klasika mengangkat tema 'Pluralisme' dan untuk Haul Gusdur ke-8 kali ini mengambil tema 'Membumikan Islam Ramah, Islam Nusantara'. Kita mempunyai Islam Nusantara, Islam khas Indonesia dengan paham Ahlussunnah Wal Jama'ah, yang mengutamakan toleransi serta menegaskan Islam Rahmatan Lil 'Alamin dengan Tawazun, Tawasuth, Tasamuh, dan I'tidal siap memberikan solusi dan wajah islam pada dunia,"kata Een.

Een melanjutkan kondisi Nusantara saat ini berbanding terbalik dengan pluralitas(red;keragaman) yang sering di salah artikan menjadi sebuah perbedaan yang harus dipisahkan. Perbedaan agama dan etnis  sering menjadi pemicu berbagai tindakan intoleran, mulai dari tindakan diskriminasi sampai tindakan terorisme yang menimbulkan jatuhnya korban jiwa.

"Berkembangnya paham radikal juga turut menyebabkan degradasi nilai-nilai toleransi. Sikap saling menghargai mulai luntur serta bibit-bibit kebencian dan permusuhan marak di gaungkan melalui media sosial, hal ini dapat menyebabkan perpecahan bagi anak bangsa yang belum memahami Islam Nusantara,sebagai salah satu penjaga NKRI,"tuturnya.

Sementara Pembina Klasika, Chepry Choeruman Hutabarat menambahkan Islam Nusantara merupakan Islam yang bernafaskan Ahlussunnah Wal Jama'ah (Aswaja).

"Mengajarkan untuk senantiasa menebar kebaikan,bersikap ramah,dan membawa perdamaian dalam kehidupan sehari-hari. Gusdur adalah salah satu Guru Bangsa dengan nilai-nilai Pluralisme yang di implementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,"imbuhnya.

Chepry pun memaparkan Islam Nusantara yang sudah memberikan kontribusi terhadap bangsa jauh sebelum kemerdekaan.

"Islam Nusantara jauh sebelum Indonesia merdeka sudah memberikan kontribusi bagi bangsa dan negara. Hal itu terungkap dalam buku yang ditulis oleh Ahmad Baso, salah satu narasumber dalam kegiatan 'DialoKlasika' pada 23 Desember mendatang. Untuk itu saya berharap kegiatan ini dapat menambah wawasan bagi generasi muda untuk lebih mengenal dan memahami Islam Nusantara yang ramah, membawa perdamaian, dan toleransi dalam kehidupan sehari-hari,"paparnya.

Menurutnya, Islam Nusantara dapat bertahan hingga kini karena Ulama terus berpegang pada konsep pendidikan pondok pesantren.

"Dimana pondok pesantren memiliki nilai-nilai yang tidak bisa diberikan dalam pendidikan formal (sekolah biasa). Oleh karenanya, ulama terdahulu tidak mau mengganti konsep pendidikan pondok pesantren,"pungkasnya. (Kah/wan)

Post A Comment: