ilustrasi. foto ist 
Pringsewu- Diduga akaibat salah pola dalam didikan dari keluarganya, nasib malang harus di terima oleh bocah yang baru berumur 10 tahun bernama Wulandari.

Buah hati pasangan Suparman (63) dan Bonirah warga RT II Dusun II Pekon Sukoharjo 1, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu, terpaksa harus hidup dalam pasungan.
 Hal ini terpaksa dilakukan Keluarganya, karena Wulandari diduga kerap berperilaku membahayakan orang lain.  Mirisnya, bocah malang ini dipasung di dalam rumah yang kondisi sungguh  tidak layak.

Dimana,  lantai masih tanah dan pekerjaan kedua orang tuanya juga serabutan, istri Suparman bekerja sebagai tukang pijit panggilan dari rumah ke rumah.

Akibat keterbatasan biaya, sehingga kedua orang tuanya tidak bisa membawa Wulandari ke rumah sakit untuk pengobatan lebih lanjut.  Menurut Suparman, Wulandari adalah anak ke lima dari pasangan istri kedua, Bonirah.

"Sejak lahir, Wulandari ini dirawat oleh Tumini, yang juga masih saudara di Jakarta. Namun selama 2 tahun tahun ini tinggal bersama kami kembali," ucapnya, dikutif dari Lampost.com.
Suparman menambahkan selama ini Wulandari sering berprilaku yang membahayakan dengan menghidupkan kompor tetangga sehingga memaksanya untuk memasung.

"Baru-barunya dipasung, Wulandari memang terus menangis dan terus terang kami sekeluarga sedih. Tapi demi menghindari masalah dengan orang lain, terpaksa kami pasung," ujarnya.

Namun setelah berjalan dua bulan dipasung, Wulandari bisa tenang sehingga orang tua bisa kerja.

Sementara itu, Tim LK3 Dinas Sosial Pringsewu didampingi Jajaran Polsek Sukoharjo, Dinas Kesehatan Kabupaten Pringsewu, Lembaga Perlindungan Anak Kabupaten Pringsewu, PSM Sukoharjo melakukan Home Visit Penjangkauan sebagai tindak lanjut kunjungan terdahulu. Kunjungan ini bertujuan untuk melakukan observasi psikologis oleh psikolog yang tergabung dalam Tim LK3.

Menurut psikolog Nur Hayati, dari hasil observasinya diambil kesimpulan sementara bahwa klien mengalami tekanan secara psikologis karena beberapa faktor, yakni pola asuh dan speech delay. Menurutnya pola asuh yang salah dapat mengakibatkan tekanan psikologis bagi si anak.

"Berdasarkan keterangan orang tuanya, bahwa awalnya Wulandari sering sekali dikurung di dalam kamar saat ibunya pergi bekerja. Dengan di kurung menyebabkan anak tidak dapat bersosialisasi dengan teman sebayanya, tidak mendapatkan waktu yang cukup untuk bermain, sehingga perkembangannya pun mengalami hambatan dan mengakibatkan speach delay," ujarnya.

Dari hasil penjangkauan atau kunjungan diperoleh informasi bahwa Wulandari sering mengeluh sakit kepala di bagian belakang. Hal ini tentunya memerlukan pemeriksaan medis dari dokter spesialis yang berkompeten.

"Akan kami bicarakan terlebih dahulu dengan tim untuk masalah ini," kata Nur Hayati.

Sedangkan untuk pemulihan psikologisnya akan dilakukan kunjungan rutin dalam setiap minggunya, baru kemudian dilakukan terapi "speech delay", lanjutnya.

Melihat kondisi tersebut diambil langkah untuk segera dilakukan penyesuaian berkas administrasi kependudukan keluarga tersebut, mengingat nama Wulandari tidak masuk dalam daftar Kartu Keluarga (KK) orang tua kandung, tetapi masuk dalam KK orang tua asuhnya. Hal ini perlu dilakukan menyangkut keanggotaan untuk memperoleh fasilitas layanan kesehatan melalui BPJS/KIS.(lps/wan)

Post A Comment: