BANDARLAMPUNG --Basis historis Lampung sebagai daerah transmigrasi tertua di Indonesia sejak 1908, dan bonus demografinya sebagai salah satu provinsi miniatur Indonesia, amat disyukuri 9,45 juta jiwa rakyatnya.

Meruncingnya keadaan, akibat polarisasi oleh perbedaan pilihan, tak sepatutnya, sedikit pun mencederai semangat persatuan dan rasa persaudaraan. Utamanya, menyongsong pesta demokrasi terbesar, Pemilu 2019.

Pernyataan itu dikemukakan wakil ketua DPW Partai Amanat Nasional (PAN) Lampung Firman Seponada saat berbicara pada forum Deklarasi Pemilu Damai, Tokoh Lampung Bicara Pemilu 2019 Tanpa Provokasi, Tanpa Ujaran Kebencian di Wood Stairs Café, Sukarame, Bandar Lampung, Senin (3/9/2018), lusa kemarin.

"Kita bersyukur, dari sekian banyak potensi konflik, sampai dapat julukan Lampung ini laboratorium konflik, warganya tetap akur. Lampung dihuni 32 suku (bangsa). Nggak ada ribut-ribut di akar rumput, Lampung damai-damai aja," kata Firman, pada kegiatan yang digagas Aliansi Masyarakat Lampung Bersatu (AMLB) itu.

Demi menyelami indahnya berdemokrasi, pria berlatar profesi jurnalis dan mantan anggota KPU Provinsi Lampung itu mengajak ratusan undangan hadirin bernostalgia ke momentum hajat elektoral lima tahun silam.

"Masih ingat Pemilu 2014? Saat itu, Lampung barometer politik nasional. Dalam sejarah praktik pemilu, Lampung jadi referensi utama masa itu. Betapa proses penyelenggaraan pemilu legislatif (pileg) 2014 dan pemilihan gubernur (pilgub) Lampung secara bersamaan, bisa sukses terlaksana. Tanpa gesekan, damai, jauh dari kekerasan," paparnya mengenang.

"Pileg dan Pilgub Lampung 2014, Lampung referensi. Seluruh Indonesia, belajarnya dari pengalaman Lampung, oh ternyata bisa. Dan itu selesai. Kalau bisa ditiru, alangkah indahnya," tutup dia.

Sekadar pengingat, Lampung tercatat dalam sejarah penyelenggaraan pemilu lokal pertama di Indonesia pascareformasi, sebagai daerah sahibul hajat Pilgub langsung pertama yang berbarengan Pileg, 9 April 2014. "Karena ada situasi unik di sana," kesan komisioner KPU saat itu, Hadar Nafis Gumay, seperti dilaporkan jurnalis sindonews.com Rakhmatulloh, Jumat (21/2/2014).

Di tempat yang sama, Ketua Laskar Merah Putih (LMP) Lampung Johan Asri menyemangati dengan mengajak yang hadir meneriakkan, "Lampung bersaudara, NKRI harga mati!" pekiknya disahuti riuh rendah hadirin.

Deklarasi dimotori inisiator Resmen Kadapi dan Ary Meizari Alfian ini, memantik gugah kepedulian para tokoh, guna mengedepankan rasionalitas demokrasi dan semangat persaudaraan demi merespons dinamika politik nasional.

Mengutip bunyi sambutan, aksi rematch Jokowi-Prabowo Pilpres mendatang, meski keduanya bukan Superman yang bakal bisa jadi juru selamat seluruh persoalan seperti disinggung Ketua Kerukunan Masyarakat Batak (Kerabat) Lampung, Donald Haris Sihotang.

Namun, keduanya notabene putra-putra terbaik bangsa 265 juta jiwa ini, seperti ditegaskan Ketua APTISI Lampung yang juga Rektor IIB Darmajaya, Firmansyah YA.

Karena itu, timpal anggota DPD Andi Surya, pendukung dua kubu, jangan sampai adu hantam, membela junjungannya.

Terpenting, tandas inisiator AMLB Ary Meizari, betapa pun dinamisnya proses politik, tidak baik mewariskan tradisi jahat menyebarluaskan kabar bohong, berita palsu, berita fitnah, dan ujaran kebencian kepada anak cucu kita. [red/mzl]

Post A Comment: