Bandarlampung (Pikiran Lampung)-
Saat ini sekolah kejuruan seperti SMK terus berbenah untuk mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkompeten dan siap bersaing di dunia kerja.

 Maka dari para stakeholder terus mensinkronisaikan kurikulumnya sesuai industri dan kebutuhan pasar.
Hal tersebut dikatakan Kepala SMKN 3 Bandar Lampung, Suniyar, M.Pd,.Sabtu (7/9/2019).

Dijelaskannya, pemerintah mencanangkan revitalisasi SMK. Pihak sekolah terus menggandeng industri untuk terus bersinergi.
"Kita di sekolah harus jemput bola mengandeng industri untuk bekerjasama. Kemudian kurikulum yang digunakan mensinkronisasikan kepada dunia industri," katanya, kepada awak media, saat dihubungi, Sabtu, (07/09).
Lebih lanjut dikatakannya di SMK Negeri 3 Bandar Lampung, ada jurusan perhotelan maka kurikulumnya disinkronkan dari Hotel Novotel.
Menurutnya, SMK itu harus bisa kreatif membaca peluang dunia kerja. Maka dari itu yang bisa kita lakukan disekolah ialah melakukan kerjasama industri, sinkronisasi kurikulum, networking industri, dan pelatihan wirausaha. (red)
Sehingga anak-anak bisa berkarya," kata,  Istri Dosen Universitas Bandar Lampung Ini.
Perlu diketahui, Untuk bidang dan jurusan yang ada di SMKN 3 Bandarlampung,  antara lain:
1.  Tata Boga
2.  Tata Busana
3.  Tata Kecantikan Kulit
4.  Tata Kecantikan Rambut
5.  Akomodasi Perhotelan
6.  Usaha Jasa Pariwisata.
7. Tehnik Jaringan Komputer (TKJ).(*)
Bidang Prestasi
Pada tahun 2018, Dua siswa SMKN 3 Bandar Lampung meraih juara I mengikuti Ichiban Matsuri, perlombaan berbahasa Jepang tingkat SMA/SMK se-Provinsi Lampung yang berlangsung, di  di SMAN 1 Ambarawa Pringsewu.
Kedua siswa tersebut adalah Arine Khania Putti Imani, juara I berpidato Bahasa Jepang atau Supiichi Taikai dan Hanifah Agustina, juara I lomba kaligrafi Bahasa Jepang atau Shuuji Taikai. Mereka berdua adalah sama-sama siswa kelas XI jurusan Tata Busana.
Suniyar menambahkan pada ajang tersebut. Ia merasa bangga atas prestasi yang diperoleh kedua siswanya.
Sebab, menurutnya, mengikuti lomba menggunakan Bahasa Jepang bukan hal yang mudah karena di tempatnya tidak ada mata pelajaran Bahasa Jepang yang diajarkan kepada siswa di kelas.
“Ini prestasi luar biasa. Anak-anak kami ini cuma dibimbing oleh seorang guru yang mengerti Bahasa Jepang pada kegiatan ekstrakurikuler,” kata dia.(wawan).

Post A Comment: