Ilustrasi demo mahasiswa di depam kantor Pemkab Lampura. foto ist
Lampura - Suasana di Kabupaten Lampung Utara (Lampura) saat ini terindikasi semakin kurang kondusif. Berbagai macam persoalan timbul, sehingga membuat daerah tersebut semakin bergolak. 
Mulai dari uang rekanan yang mampet hingga gaji honorer yang belum terbayar dan beberapa masalah lainnya, hal ini tentu saja menjadi keperihatinan warga di Bumi Ragam Tunas Lampung. 
Menyoroti berbagai persoalan ini, puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PC PMII), menggelar aksi damai di kantor Kejaksaan Negeri (Kejari) dan gedung DPRD Lampura, Selasa (12/12/2017).
Dalam pernyataan sikapnya, PMII menuntut Pemkab Lampura segera memberikan hak seluruh tenaga kerja honorer (pembayaran gaji) yang tertunda beberapa bulan. Menuntut Badan Pemeriksa Keuangan segera mengeluarkan hasil audit dari kerugian negara, agar kasus di Lampura dapat ditindaklanjuti oleh Kejari.
Segera usut tuntas kasus yang ada di Lampura, sebagaimana berdasarkan data Kejari ada 4 kasus tipikor, yang dua di antaranya kasus sumur bor tahun 2015 dan dugaan korupsi di Bagian Umum Sekretariat Pemkab tahun 2013.
“ Kami meminta Kejari Lampura untuk bertindak sigap dan lugas dalam menangani kasus dugaan korupsi yang hingga kini belum terselesaikan,” kata Redo Prastia selaku Koordinator Lapangan (Korlap).
Di gedung wakil rakyat, perwakilan pengunjuk rasa diterima langsung Ketua DPRD Rahmat Hartono, beserta Herwan Mega (Fraksi Demokrat), Ricko Picyono (Fraksi PDI-P), Emil Kartika Chandra (Fraksi PKB) untuk berdialog. Dalam dialog itu, Ketua DPRD menyambut baik atas aksi yang dilakukan oleh PMII.
“Kami akan menindaklanjuti apa yang menjadi tuntutan kalian,” kata Rahmat Hartono.Hal senada diungkapkan Herwan Mega, pihaknya menyambut baik apa yang menjadi tuntutan mahasiswa. Namun, lanjutnya, ada beberapa batasan antara pusat, provinsi dan daerah.
“Yang mencakup Lampura, insya Allah, akan disikapi dalam waktu dekat. Salah satunya tentang pembayaran gaji tenaga honorer,” ungkap Herwan Mega.Sementara, Rico Picyono mengharapkan agar mahasiswa lebih sensitif, dan dapat menyampaikan ke masyarakat di desa-desa tentang kondisi Lampura saat ini.
“Supaya masyarakat yang ada di desa dan kecamatan nantinya tidak salah pilih dalam memilih pemimpin. Dan dengan aksi yang dilakukan ini, sebagai bentuk kepedulian terhadap Lampura,” jelas Rico‎. (tm/wan)

Post A Comment: